Tradisi Unik Nyotaimori di Jepang, Menikmati Sushi di Atas Tubuh Wanita Tanpa Busana

Tradisi Unik Nyotaimori di Jepang, Menikmati Sushi di Atas Tubuh Wanita Tanpa Busana

Tradisi Unik Nyotaimori di Jepang.-Shutterbug75-Pixabay

PALEMBANG, PALTV.CO.ID- Redefinisi dari budaya unik Nyotaimori, di mana hidangan sushi disajikan di atas tubuh seorang wanita telanjang tanpa busana di Jepang.

Sushi, sebagai perwujudan kuliner khas Jepang yang meraih popularitas global, biasanya dihidangkan di atas piring datar dengan penyajian yang estetis.

Namun, terdapat suatu tradisi khas di Jepang yang dikenal sebagai Nyotaimori, yakni menyajikan sushi di atas tubuh seorang wanita tanpa busana.

Tradisi ini dapat ditelusuri kembali hingga abad ke-18, sebagaimana dilaporkan oleh The Guardian dan The Messenger.

Konteks sejarahnya terletak pada masa di mana Jepang terbagi menjadi beberapa wilayah yang dikuasai oleh berbagai kelompok samurai yang mempertahankan kekuasaan melalui konflik bersenjata.

BACA JUGA:Legenda Yuki-Onna, Arwah Wanita Salju dari Jepang Penggoda Pria

BACA JUGA:Pakaian Kebaya Wanita Asia Tenggara Mendapat Pengakuan UNESCO : Antara Kultur Budaya dan Kecantikan

Usai pertempuran, para samurai kembali ke rumah-rumah geisha untuk merayakan kemenangan. Dalam suasana ini, geisha berperan sebagai tuan rumah dengan berbaring di atas meja, dihiasi dengan hidangan sushi dan sashimi.

Penting untuk dicatat bahwa selama pelaksanaan tugas ini, para wanita yang bertindak sebagai "meja hidangan" tidak diizinkan untuk berbicara dengan para tamu.

Pentingnya tradisi ini terletak pada konsepsi bahwa tubuh seorang wanita secara simbolis dianggap sebagai alas penyajian hidangan.

Hidangan tersebut sebelumnya telah diletakkan di atas tubuh wanita setelah dilapisi dengan daun sanitasi, mencegah kontak langsung antara makanan dan kulit.

BACA JUGA: Update Shio Hari Ini Senin 21 Agustus 2023: Shio Kambing Kurangi Gibah, Shio Kerbau Cemburu Buta

Nyotaimori tidak hanya terkait dengan perayaan kemenangan samurai, tetapi juga telah digunakan oleh perdana menteri Jepang dalam sejarah terakhir sebagai bentuk penyambutan tamu kenegaraan di istana.

Ini merupakan manifestasi dari dedikasi terhadap hubungan diplomatik dengan pejabat asing.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber