Jejak Sejarah: Melacak Perjalanan Mata Uang Indonesia dalam Arus Waktu

Jejak Sejarah: Melacak Perjalanan Mata Uang Indonesia dalam Arus Waktu

Sejarah Perjalanan Mata Uang Indonesia--instagram/@buddyku.creator

BACA JUGA:Pahami 10 Strategi Ini, Raih Cuan dari Trading Emas!

BACA JUGA:Kenapa Penting Mengajarkan Anak untuk Mencintai Buah dan Sayur Sejak Usia Dini

Pada masa pendudukan Jepang, mata uang yang digunakan di Indonesia berubah. Pada tahun 1942, Jepang memperkenalkan mata uang baru yang disebut "gulden" atau "Junder Jepang".

Koin ini dicetak di Surabaya dan memiliki pecahan yang sama dengan koin gulden Belanda yang digunakan sebelumnya yaitu 1, 2 1/2, 5, 10 dan 100 gulden. 

Namun, guild Jepang memiliki gambar dan huruf Jepang yang berbeda. Pada tahun 1944, Jepang kembali memperkenalkan mata uang baru yang disebut "romusha goku".

Koin ini dinamai para buruh kasar yang dipaksa bekerja di Indonesia oleh Jepang. Romusha goku terbuat dari koran bekas dan bernilai rendah. Romusha goku digunakan sebagai uang kembalian dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan koin Jepang digunakan untuk transaksi besar.

Namun, inflasi yang tinggi dan kekurangan kertas membuat mata uang kertas Jepang semakin tidak berharga. Setelah Jepang menyerah pada akhir Perang Dunia II, penggunaan kamerad dan romusha goku oleh Jepang dihentikan.


Sejarah Perjalanan Mata Uang Indonesia--instagram/@buddyku.creator

Rupiah memiliki denominasi yang sama dengan gulden Jepang, yaitu 1, 5, 10, 25, 50, dan 100 rupee. Awalnya, pemerintah Indonesia mencetak uang rupiah di Yogyakarta dan Surakarta dengan menggunakan mesin cetak Belanda dan Jepang bekas. Namun, pada tahun 1950, pemerintah Indonesia membeli printer baru dari Amerika Serikat dan Inggris Raya untuk mencetak rupee. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber