Mengenal DeWave AI: Teknologi AI yang Dapat Mengubah Pikiran Menjadi Teks

Mengenal DeWave AI: Teknologi AI yang Dapat Mengubah Pikiran Menjadi Teks--Freepik.com
PALTV.CO.ID, Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) semakin pesat, dan salah satu inovasi terbaru yang menarik perhatian adalah DeWave AI.
DeWave merupakan teknologi AI yang mampu mengubah pikiran manusia menjadi teks atau kata-kata.
Ini merupakan sebuah pencapaian yang sangat revolusioner dalam bidang komunikasi dan interaksi manusia dengan mesin.
Dikutip dari IFL Science, DeWave adalah teknologi AI yang dikembangkan oleh para peneliti dari University of Technology Sydney's GrapheneX di UTS Human Artificial Intelligence Centre.
BACA JUGA:Keamanan berkendara juga menjadi perhatian utama Hyundai dalam merancang Venue
BACA JUGA:Apple Luncurkan iPhone 16e, Harga Mulai Rp 9 Jutaan, Pre-order Dimulai
Teknologi ini dirancang untuk membantu orang yang mengalami keterbatasan dalam berbicara, baik akibat penyakit maupun cedera, dengan memberikan mereka alternatif komunikasi berbasis AI.
Menurut laporan dari The Independent, DeWave mampu menerjemahkan gelombang otak menjadi teks yang kemudian dapat ditampilkan di layar.
Teknologi ini telah diuji dalam konferensi NeurIPS di New Orleans, AS, pada 12 Desember lalu.
Dalam uji coba, para peneliti membaca sebuah teks, dan gelombang otak mereka direkam serta diterjemahkan menjadi kata-kata oleh AI ini.
BACA JUGA:Lamborghini Gallardo Ini Dibongkar Total! Hasilnya Bikin Geleng-Geleng!
BACA JUGA:DFSK Gelora E, Solusi Mobilitas Listrik untuk Pengusaha dengan Program Sewa Gratis
Teknologi penerjemah sinyal otak ke dalam bahasa bukanlah hal yang sepenuhnya baru. Namun, DeWave menawarkan keunggulan yang menjadikannya lebih praktis dan mudah diadopsi oleh pengguna.
Salah satu kelebihan utama DeWave adalah tidak memerlukan implan otak atau akses ke alat pencitraan resonansi magnetik (MRI), yang biasanya dibutuhkan oleh teknologi serupa sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber