Pertempuran 5 Hari 5 Malam di Palembang, Episode Heroik Perjuangan Kemerdekaan
program Halo Palembang yang tayang di stasiun televisi lokal PALTV, Vebri Al Lintani, seorang budayawan Sumatera Selatan, dan Kemas A.R. Panji, M.Si., seorang sejarawan-Foto/Juliadi-PALTV
Dalam analisis Kemas A.R. Panji, TRI dan rakyat Palembang dengan persenjataan yang terbatas tetap mampu menunjukkan perlawanan yang gigih.
Pertempuran berlangsung di berbagai titik strategis kota, seperti Benteng Kuto Besak, Plaju, hingga kawasan sekitar Sungai Musi.
Meskipun kalah dalam jumlah dan peralatan, TRI berhasil memukul mundur pasukan NICA pada beberapa kesempatan, menimbulkan kerugian besar di pihak Belanda.
Selama lima hari penuh, kota Palembang bergolak. Dentuman meriam, suara tembakan, dan kobaran semangat para pejuang menjadi saksi perjuangan yang tak terlupakan.
Sebuah babak penuh keberanian tercatat dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melalui pertempuran lima hari lima malam di Palembang yang berlangsung dari 1 hingga 5 Januari 1947.--sumber foto : facebook@kemas ari panji
Banyak warga sipil turut terlibat dalam mendukung TRI, baik sebagai logistik maupun pemberi informasi di medan perang.
Menurut Vebri, pertempuran ini tidak hanya memiliki arti strategis tetapi juga simbolis. “Lima hari lima malam di Palembang menunjukkan kepada dunia bahwa rakyat Indonesia tidak akan menyerah begitu saja terhadap penjajahan,” tambahnya.
Meskipun pada akhirnya TRI harus mundur dari Palembang akibat tekanan besar dari Belanda, semangat perjuangan yang tercipta dari pertempuran ini terus menyebar ke berbagai wilayah Indonesia.
Peristiwa ini memberikan momentum penting bagi gerakan perlawanan di daerah lain dan memperkuat tekad bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan penuh.
Di tahun ini para seniman sumsel menggelar kegiatan peringatan perang 5 hari 5 malam secara simbolis perjuangan masyarakat palembang saat peristiwa tersebut, dengan menggelar pawai dan malam puisi di lawang borotan benteng kuto besak.
Program Halo Palembang, yang dikenal selalu menghadirkan narasumber berkompeten dengan topik-topik menarik, menjadikan diskusi tentang pertempuran 5 hari 5 malam sebagai pengingat akan pentingnya mempertahankan sejarah perjuangan bangsa.
“Generasi muda harus tahu bahwa kemerdekaan yang kita nikmati hari ini adalah hasil dari darah dan air mata para pejuang,” ujar Cek Kiki dalam program tersebut.
Sebagai penutup, Mangcek Hagay menggarisbawahi bahwa cerita tentang pertempuran ini perlu terus dihidupkan sebagai inspirasi bagi masyarakat, khususnya di Sumatera Selatan, untuk mempertahankan semangat persatuan dan keberanian dalam menghadapi tantangan zaman.
Pertempuran 5 Hari 5 Malam di Palembang bukan sekadar catatan sejarah, tetapi juga menjadi warisan nilai-nilai keberanian, pengorbanan, dan cinta tanah air yang harus tetap diingat oleh seluruh rakyat Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: