Inflasi Bakal Terkerek 3,5 Persen, Jika Pemerintah Batasi BBM Bersubsidi

Inflasi Bakal Terkerek 3,5 Persen, Jika Pemerintah Batasi BBM Bersubsidi

Inflasi Bakal Terkerek 3,5 Persen, Jika Pemerintah Batasi BBM Bersubsidi--Freepik.com

Dalam sebuah diskusi publik bertajuk "Moneter dan Fiskal Ketat, Daya Beli Melarat," Esther menjelaskan bahwa meskipun kebijakan ini dapat membantu menghemat anggaran fiskal.

Dampaknya terhadap masyarakat, terutama kelas menengah, harus diperhitungkan secara cermat.

BACA JUGA:Simak, Ini Fitur Hiburan Mobil Terbaru yang Memanjakan Perjalanan Anda

BACA JUGA: Bawaslu Sumsel Ajak Pemilih Muda Untuk Berperan Aktif Awasi Pemilu 2024

Ester menambahkan bahwa kondisi penciptaan lapangan kerja yang terbatas dan ketidakcocokan antara kenaikan inflasi dengan peningkatan upah juga menjadi alasan penting untuk mempertimbangkan kembali kebijakan ini.

Walaupun demikian, Esther mengakui bahwa pembatasan BBM bersubsidi dapat memberikan manfaat jika diterapkan pada waktu yang tepat.

Berdasarkan hasil penelitian INDEF pada tahun 2023, ada beberapa skenario yang dapat menghemat anggaran negara jika pembelian Pertalite dibatasi. 

Skenario pertama, jika seluruh kendaraan berpelat hitam dibatasi dalam membeli Pertalite, maka pemerintah dapat menghemat hingga Rp 34,24 triliun.

BACA JUGA:Jackie Chan atau Jet Li, Siapa Lebih Hebat?

BACA JUGA:Tahun Depan Bank Wajib Bayar Premi Rekonstruksi ke LPS

Kedua, jika pembatasan hanya diberlakukan untuk mobil, penghematan yang dapat dicapai adalah sekitar Rp 32,14 triliun. 

Ketiga, jika pembatasan hanya diberlakukan pada mobil dengan kapasitas tangki 60 liter, anggaran fiskal dapat dihemat sebesar Rp 17,71 triliun. 

Terakhir, jika pembatasan hanya berlaku untuk mobil dengan kapasitas mesin di atas 1400 cc, maka anggaran yang bisa dihemat mencapai Rp 14,81 triliun.

Secara keseluruhan, meskipun pembatasan BBM bersubsidi dapat membantu penghematan fiskal, kebijakan ini memerlukan pertimbangan lebih lanjut terkait dampaknya terhadap inflasi dan daya beli masyarakat, terutama mengingat kondisi ekonomi saat ini yang masih rapuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber