Soal Nafkah, Mana yang Lebih Diutamakan: Istri atau Ibu? Ini Penjelasannya Menurut Pandangan Islam

Soal Nafkah, Mana yang Lebih Diutamakan: Istri atau Ibu? Ini Penjelasannya Menurut Pandangan Islam

Soal Nafkah Mana yang Lebih Diutamakan: Istri atau Ibu? Ini Penjelasannya Menurut Pandangan Islam --Foto : Freepik.com/jcomp

Menurut pandangan Islam, memberi nafkah itu ada urutannya tersendiri yaitu seorang istri menjadi orang yang harus suami prioritaskan terlebih dahulu kemudian barulah ibu.

Sebagaiman hal ini sesuai dengan sebuah hadits Jabir yang menunjukkan urutan prioritas nafkah, yaitu pertama untuk diri sendiri, lalu istri, dan yang terakhir kerabat. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

“Mulailah dengan dirimu sendiri, nafkahkan untuknya, lalu jika ada suatu lebihan, maka nafkahkan untuk istrimu. Jika dari nafkah istrimu ada suatu lebihan, maka nafkahkan untuk kerabatmu. Jika dari nafkah kerabatmu ada lebihan sesuatu, maka nafkahkan untuk ini dan itu.” Perawi hadits berkata: “Maka nafkahkan kepada orang di depanmu dan di kanan kirimu.” (HR Muslim, Abu Dawud dan An-Nasa’i. Ini adalah redaksi Imam Muslim).

 BACA JUGA:Hati-hati Para Suami Istri, Ini Hukum Berhubungan Intim di Siang Hari Saat Puasa di Bulan Ramadhan


nafkah istri lebih suami dahulukan daripada nafkah orangtua --Foto : Freepik.com

Adapun nafkah untuk diri sendiri dan kerabat adalah shadaqah, sementara nafkah istri disebut sebagai ahli. Artinya, nafkah istri lebih suami dahulukan daripada nafkah orangtua yang termasuk golongan kerabat. Jadi, seorang suami harus lebih mengutamakan istri dan anak-anaknya terlebih dahulu. Barulah kepada orangtua, terutama ibunya.

Namun, meski sudah menikah, seorang anak laki-laki bukan berarti boleh melupakan orang tua, terutama kepada ibunya. Namun demikian, seorang suami juga harus memahami skala prioritas sehingga tidak menimbulkan permasalahan dalam keluarga.

Jika seorang suami sudah memenuhi nafkah istri dan anaknya dan masih memiliki harta berlebih, maka wajib memberikan nafkah kepada orang tuanya. Rasulullah SAW bersabda:

“Cukuplah seseorang itu dikatakan berdosa bila ia menahan makanan dari orang yang menjadi tanggungannya." (HR Muslim no 996).

BACA JUGA:3 Tugas Penting Seorang Suami Menurut Ajaran Islam

Jadi, setelah menikah dan berumah tangga, seorang suami harus bersikap adil dan bijak terhadap istri dan orangtuanya. Tidak mengabaikan hak-hak istrinya dan tidak pula melalaikan bakti kepada orangtuanya. Seorang suami tidak boleh bersikap dzalim kepada salah satu pihak. Masing-masing harus memperoleh nafkah secara adil dan sesuai dengan syariat Islam.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber