Strategi Hyundai dan Suzuki Menghadapi Depresiasi Rupiah

Strategi Hyundai dan Suzuki Menghadapi Depresiasi Rupiah

Strategi Hyundai dan Suzuki Menghadapi Depresiasi Rupiah--pixabay.com

PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga melampaui Rp16.200 memberikan tantangan besar bagi produsen otomotif seperti Hyundai dan Suzuki.

Dengan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang menunjukkan penurunan penjualan mobil secara wholesales dan retail pada kuartal I/2024, para produsen otomotif menghadapi tekanan yang signifikan.

Penjualan wholesales mencapai 215.069 unit pada Januari-Maret 2024, turun 23,9% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, penjualan retail turun 15% dari 271.423 unit secara YoY pada periode yang sama.

Melemahnya rupiah menjadi salah satu faktor yang menyebabkan turunnya penjualan otomotif pada awal 2024. Presiden Joko Widodo bersama Bank Indonesia (BI) menggelar rapat untuk mengatasi situasi ini dengan beberapa langkah strategis.

BACA JUGA:Optimalkan Kinerja Mobil Anda: Mengenal Tanda-tanda Busi Lemah dan Strategi Mengatasi Masalahnya

Salah satunya adalah melalui intervensi ganda, yang melibatkan pasar spot dan domestic non-deliverable forward (DNDF), untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.

Selain itu, BI berencana meningkatkan daya tarik aset rupiah untuk mendukung capital inflow, melalui peningkatan daya tarik Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dan mengurangi biaya hedging.

Namun, tantangan terbesar bagi industri otomotif adalah bagaimana mengatasi kenaikan biaya produksi akibat pelemahan rupiah.

Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto, menyatakan bahwa asosiasi berharap pelemahan rupiah tidak berlangsung terlalu lama, karena beberapa agen pemegang merek (APM) masih memiliki ketergantungan pada produk impor.

BACA JUGA:10 Tanda-Tanda Anda Harus Segera Mengganti Piringan Cakram yang Tipis pada Kendaraan Anda

Produk-produk yang mengandung komponen impor yang tinggi tentu akan menghadapi kenaikan biaya produksi, yang bisa berujung pada kenaikan harga bagi konsumen.

Suzuki Indonesia adalah salah satu merek yang masih memasarkan produk melalui skema completely built-up (CBU), yang berarti produk diimpor secara utuh.

4W Marketing Director PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), Harold Donnel, menjelaskan bahwa strategi penjualan merupakan rahasia dapur perusahaan yang tidak bisa diungkapkan secara detail.

Namun, ia menyebut bahwa Suzuki memiliki perhitungan cost of goods sold (COGS) yang relatif tidak terlalu dinamis terhadap nilai tukar rupiah, sehingga harga produk Suzuki di Indonesia tidak serta-merta langsung naik akibat perubahan nilai tukar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber