Piramida Pugung Raharjo Menapak Jejak Warisan Budaya Lampung yang Tak Terduga
Situs purbakala Taman Purbakala Pugung Raharjo, Lampung. --Foto : indonesia.go.id/WIKI COMMON
PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Taman Purbakala Pugung Raharjo di Lampung, sebuah situs purbakala yang tak sengaja ditemukan oleh para transmigran pada tahun 1957, kini menjadi destinasi wisata yang menarik dan penuh misteri.
Situs Taman Purbakala Pugung Raharjo ini, yang terletak di Desa Pugungraharjo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur, menyajikan peninggalan budaya yang mencakup rentang waktu mulai dari masa prasejarah, klasik (Hindu-Buddha), hingga masa Islam.
Menurut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Taman Purbakala Pugung Raharjo memiliki luas sekitar 30-an hektare dan berisi sejumlah peninggalan berharga.
Artefak yang ditemukan meliputi keramik lokal dan asing dari berbagai dinasti, manik-manik, dolmen, menhir, pisau, mata tombak, batu berlubang, batu asahan, batu pipisan, kapak batu, gelang perunggu, dan bahkan sebuah arca tipe polynesia.
BACA JUGA:Gulai Taboh Ikan Tuhuk Hingga Satai Tuhuk: Jejak Kuliner Marlin di Krui, Lampung
Uniknya, kawasan ini juga ditempati oleh sejumlah gundukan tanah dan batu berundak, yang sering disebut sebagai Punden Berundak.
Dalam pengamatan indonesia.go.id, terdapat 13 buah punden di sebelah barat dan timur situs. Punden berundak terbesar, dengan tiga undakan, terletak di bagian timur, dikelilingi oleh parit kecil. Pemandangan elok ini memberikan kesan mirip piramida di Mesir.
Di tengah-tengah keindahan alam dan peninggalan bersejarah, Taman Purbakala Pugung Raharjo juga mencakup bangunan parit primitif sepanjang 1,2 km yang mengelilingi situs.
Parit ini diyakini dulunya berisi air dari sumber di sisi timur situs, konon dapat membuat orang awet muda jika digunakan untuk mandi.
Menariknya, keberadaan piramida berundak ini juga terkait erat dengan aspek geologi. Area Taman Pugung Raharjo dibangun di atas batuan lava basalt vesikuler Formasi Sukadana, yang memiliki tekstur kasar dan berlubang-lubang.
Batu ini digunakan untuk membangun punden berundak, menhir, dolmen, dan objek-objek lainnya, menunjukkan keterkaitan kuat antara aspek geologi dan budaya.
Pemerintah telah memberikan perhatian serius terhadap situs ini. Sejak penemuan oleh para transmigran, Lembaga Purbakala telah melakukan penelitian sejak tahun 1968.
Pada 1973, bekerja sama dengan Pennsylvania Museum University, pencatatan dan pendokumentasian dilakukan secara intensif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: indonesia.go.id