PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Malang dialami Desfa Anjani, seorang anak perempuan berusia 7,2 tahun, putri ketiga dari pasangan Yani dan Herman, warga yang tinggal di Jalan Faqih Usman Kelurahan 2 Ulu Kota Palembang.
Anak perempuan ini harus berpindah-pindah rumah sakit oleh karena operasi bedah usus buntu yang dideritanya gagal. Peristiwa ini menjadi perhatian media setelah apa yang dialami korban viral di media sosial.
Dijumpai awak media pada Rabu (8/3/2023), kedua orang tua korban terlihat sedih dan kecewa atas apa yang dialami putrinya. Melalui ibunya, Yani (38) menjelaskan bahwa anaknya sudah tiga kali operasi.
Awalnya Desfa dibawa orang tua ke salah satu rumah sakit di Palembang karena mengalami gejala tipes. Pihak rumah sakit menyarankan operasi namun bukannya membaik, Desfa mengalami bocor pada jahitan hingga kembali dibawa ke rumah sakit. Desfa kemudian menjalani operasi kedua dengan alasan korban alami usus buntu.
BACA JUGA:Bahaya Tidur Menggunakan Kipas Angin
BACA JUGA:Ini Dia 5 Olahraga Kardio yang Dapat Menurunkan Berat Badan
Setelah operasi kedua, kembali Desfa mengalami hal yang sama yakni keluarnya cairan tak sedap dari jahitan di perutnya. Operasi yang ketiga kembali dilakukan namun tetap saja seperti itu. Hingga akhirnya Desfa dirujuk ke rumah sakit lain untuk penanganan lebih lanjut.
“Setelah menjalani operasi sempat pulang, lalu besoknya keluar cairan merembes dari jahitannya itu. Keluar cairan, semakin parah, lama-lama baunya itu amis,” jelas Yani.
Kegagalan tiga kali operasi ini membuat pihak orang tua kecewa atas pelayanan rumah sakit. Sementara anaknya saat ini kondisinya melemah dan memperihatinkan sehingga tidak bisa lagi dilakukan operasi di rumah sakit berbeda.
“Sekarang ini kondisinya lemah, untuk dilakukan tindakan operasi (bedah) kondisinya tidak mendukung,” ungkap Yani sedih.
BACA JUGA:Susah Tidur? Lakukan Hal Ini Agar Anda Bisa Tertidur Lelap
BACA JUGA:5 Bahaya yang Dapat Menyerang Tubuh Jika Terlalu Sering Makan Pedas
Pihak keluarga korban juga berencana membawa kejadian ini ke pihak berwenang untuk diusut. Sebagai pasien, korban belum mendapatkan pelayanan optimal dari rumah sakit sekaligus dokter yang menangani.*