BACA JUGA:Diduga Korsleting Listrik, Minimarket di Palembang Diamuk Sijago Merah
Fenomena ini disebabkan oleh kombinasi faktor cuaca seperti perubahan suhu dan kelembaban udara yang mendalam, dan ini adalah salah satu angin terkuat di planet kita.
Kekuatan angin tornado diukur dengan menggunakan Skala Fujita, atau yang lebih dikenal dengan EF Scale, yang menggambarkan kategori dari EF0 (terendah) hingga EF5 (tertinggi).
Tornado EF5 adalah yang paling merusak, dengan kecepatan angin mencapai lebih dari 200 mph (322 km/jam) dan dapat menghancurkan bangunan dengan mudah.
Bahaya Tornado
BACA JUGA:Terungkap! Rahasia Misteri di Balik Lagu ‘Boulevard of Broken Dreams’ yang Membuatmu Tercengang!
1. Kerusakan Struktural: Tornado dengan kekuatan tinggi dapat menghancurkan bangunan dengan mudah, meninggalkan reruntuhan di belakangnya.
Orang yang berada di dalam atau dekat area ini berisiko mengalami cedera serius atau bahkan kematian.
2. Angin Bertabrakan: Angin tornado dapat memaksa objek seperti pohon, batu, dan benda lainnya terbang dengan kecepatan tinggi. Ini dapat menjadi proyektil yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan cedera atau kematian.
3. Badai Debis: Tornado sering mengangkat debu, pasir, dan benda-benda lainnya dari tanah, menciptakan badai debis yang dapat mengaburkan pandangan dan menyulitkan evakuasi.
BACA JUGA:Mantan Sekretaris dan Asisten Manager Tim Sriwijaya FC Kiagus Achmad Haris Tutup Usia
4. Fenomena Turbulensi: Di sekitar pusaran angin, terjadi fenomena turbulent yang dapat mengganggu kendaraan dan membuat mereka sulit untuk dikendalikan. Ini juga bisa berbahaya bagi penerbangan.
5. Bahaya Psikologis: Selain bahaya fisik, tornado juga bisa menyebabkan trauma psikologis pada mereka yang selamat, terutama anak-anak yang mungkin sulit mengatasi ketakutan dan kecemasan setelah mengalami tornado.
Jadi masyarakat Indonesia wajib bersyukur, karena letak Indonesia yang berada di lintang rendah garis yang disebut garis ekuator yang terkenal dengan sebutan garis katulistiwa. Meskipun demikian, bencana lain tetap berpontensi datang, dengan kondisi dan beberapa kerusakan sumber pertahanan alam Indonesia.*