PALTV.CO.ID- Pergerakan kurs dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah kembali dipengaruhi oleh tekanan global yang semakin kompleks.
Dinamika ekonomi dunia, kebijakan moneter negara maju, hingga ketegangan geopolitik internasional menjadi faktor utama yang mendorong fluktuasi nilai tukar rupiah dalam beberapa waktu terakhir.
Kondisi ini membuat pelaku pasar terus mencermati arah pergerakan mata uang global, khususnya dolar AS sebagai aset safe haven.
Salah satu tekanan global terbesar datang dari kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve). Sikap The Fed yang cenderung mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka waktu lebih lama untuk mengendalikan inflasi membuat dolar AS tetap kuat di pasar internasional.
Imbas hasil obligasi AS yang menarik mendorong aliran dana investor global kembali ke aset berbasis dolar, sehingga memberi tekanan pada mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
BACA JUGA:Libur Nataru dan Sekolah Pengunjung Birdpark Meningkat
Selain kebijakan suku bunga, ketidakpastian arah ekonomi global turut memperkuat posisi dolar AS. Kekhawatiran perlambatan ekonomi di sejumlah negara, terutama di Eropa dan Tiongkok, membuat investor lebih berhati-hati dalam menempatkan dana.
Dalam situasi seperti ini, dolar AS kerap menjadi pilihan utama karena dianggap lebih stabil dan aman dibandingkan mata uang lainnya.
Tekanan juga datang dari gejolak geopolitik internasional yang belum mereda. Konflik di beberapa kawasan dunia berdampak pada naiknya harga energi dan komoditas strategis, yang kemudian memicu inflasi global.
Kondisi tersebut mendorong bank sentral negara maju untuk tetap berhati-hati dalam melonggarkan kebijakan moneter, sehingga menopang kekuatan dolar AS dan memberi tekanan tambahan pada rupiah.
Dari sisi domestik, pergerakan rupiah tidak lepas dari respon kebijakan Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas nilai tukar. Bank Indonesia secara aktif melakukan intervensi di pasar valuta asing dan pasar obligasi untuk meredam volatilitas yang berlebihan.
faktor eksternal pergerakan nilai tukar rupiah--freepik
Selain itu, koordinasi kebijakan antara BI dan pemerintah terus diperkuat guna menjaga kepercayaan investor terhadap fundamental ekonomi Indonesia.
Meskipun menghadapi tekanan global, fundamental ekonomi Indonesia dinilai masih relatif kuat. Pertumbuhan ekonomi yang stabil, inflasi yang terkendali, serta cadangan devisa yang memadai menjadi penopang utama rupiah.
Namun, tekanan eksternal yang besar membuat pergerakan rupiah cenderung fluktuatif dan sensitif terhadap sentimen global jangka pendek.