Bluebird, misalnya, sejak 2017 mulai menggantikan sedan dengan Avanza Transmover. Tren ini terus berlanjut hingga pada 2023, Bluebird tidak lagi menggunakan sedan sama sekali.
“Pasar lebih membutuhkan mobil yang lebih tinggi dan besar. Konsumen taksi ingin kenyamanan ekstra serta fleksibilitas ruang, sesuatu yang sulit diberikan oleh sedan seperti Vios,” demikian laporan dari salah satu media otomotif nasional.
BACA JUGA:OpenAI Diam-Diam Membangun Aplikasi Ala TikTok, Setiap Video Dibuat Oleh AI
BACA JUGA:Kanwil Kemenkum Sumsel Koordinasikan Penilaian Mandiri Indeks Reformasi Hukum di Kota Prabumulih
Dengan penurunan permintaan baik dari konsumen
Produksinya dipindahkan ke Thailand, meskipun permintaan di pasar domestik tetap minim.mum maupun armada taksi, Toyota akhirnya menghentikan produksi Vios di Indonesia sejak 2022.
Bukan Mobil Buruk, Namun Salah Strategi
Meski kini ditinggalkan pasar, sejatinya Toyota Vios bukanlah mobil yang buruk. Dari generasi awal hingga terbaru, Vios selalu menawarkan kenyamanan, akselerasi halus, serta nuansa kemewahan yang tidak ditemukan pada banyak mobil di kelasnya.
Generasi terbaru bahkan hadir sebagai mobil Completely Built-Up (CBU), yang biasanya memiliki kualitas lebih baik dibanding rakitan lokal.
BACA JUGA:Kanwil Kemenkum Sumsel Koordinasikan Penilaian Mandiri Indeks Reformasi Hukum di Kota Prabumulih
BACA JUGA:OpenAI Diam-Diam Membangun Aplikasi Ala TikTok, Setiap Video Dibuat Oleh AI
Namun, status CBU ini juga membawa tantangan baru, yakni ketersediaan suku cadang yang lebih sulit ditemukan dan harga lebih mahal.
Hal ini semakin membuat konsumen berpikir dua kali untuk memilih Vios di tengah persaingan ketat otomotif Indonesia.
Pelajaran dari Kasus Vios
Kisah Toyota Vios memberikan pelajaran berharga dalam dunia pemasaran otomotif. Strategi penjualan fleet yang awalnya menguntungkan justru menciptakan citra negatif bagi pasar ritel.
Ditambah regulasi pajak yang tidak berpihak pada sedan serta perubahan tren konsumen, Vios kehilangan posisinya sebagai pilihan utama.