Namun, kepopuleran Vios mulai mengalami penurunan ketika mobil ini dipasarkan secara masif ke perusahaan taksi dengan nama Toyota Limo.
Pada era 2010-an, stigma negatif berkembang di masyarakat: mobil yang dijadikan armada taksi dianggap “turun kasta” dan kurang menarik untuk dimiliki secara pribadi.
Padahal, keputusan Toyota menjual Vios dalam jumlah besar ke perusahaan taksi merupakan strategi pemasaran yang masuk akal, karena mobil ini terbukti tangguh dan efisien untuk penggunaan harian.
“Padahal perusahaan taksi hanya memilih mobil yang sudah teruji dalam hal ketahanan. Namun, pada masa itu, persepsi publik justru berbalik, menjadikan Vios kurang diminati di pasar konsumen,” ujar seorang pengamat otomotif.
Pergeseran Tren Konsumen dan Pajak Sedan
BACA JUGA:Pohon Tumbang di Halaman Parkir Pengadilan Negeri Tumbang Akibat Hujan Deras dan Angin Kecang
BACA JUGA:Viral! Dua Pengemudi Mobil Baku Hantam di Jalintim Indralaya Ogan Ilir Usai Bersenggolan
Selain stigma sebagai mobil taksi, regulasi pemerintah juga ikut memengaruhi nasib Vios.
Pada saat itu, sedan masuk kategori mobil mewah, sehingga beban pajaknya lebih tinggi dibandingkan model hatchback, SUV, atau LMPV dengan kapasitas mesin yang sama.
Kondisi ini membuat konsumen beralih ke segmen lain yang lebih relevan dengan kebutuhan, seperti Toyota Avanza, Honda Jazz, atau SUV kompak.
Data harga juga menunjukkan tantangan besar. Pada 2020, Toyota Vios dibanderol sekitar Rp262 juta, sementara pada 2025 harganya melonjak menjadi Rp374 juta hingga Rp388 juta.
Bagi banyak konsumen, harga mendekati Rp400 juta dianggap terlalu tinggi untuk sedan yang masih melekat dengan citra taksi.
BACA JUGA:OpenAI Diam-Diam Membangun Aplikasi Ala TikTok, Setiap Video Dibuat Oleh AI
BACA JUGA:Kanwil Kemenkum Sumsel Koordinasikan Penilaian Mandiri Indeks Reformasi Hukum di Kota Prabumulih
Ditinggalkan Pasar Konsumen dan Perusahaan Taksi
Bukan hanya pasar pribadi yang meninggalkan Vios, perusahaan taksi pun akhirnya mengalihkan armadanya ke model LMPV.