Perusahaan diketahui menunggak pembayaran kepada para pemasok dengan nilai mencapai lebih dari 6 miliar yuan atau sekitar US$833 juta.
BACA JUGA:Udang Selingkuh, Hidangan Eksotis dari Wamena
BACA JUGA:Sapi 80 Kilogram Masuk Sumur, Begini Cara Damkar Selamatkannya
Salah satu pemasok utama, CATL—yang memasok baterai untuk mobil listrik—bahkan menghentikan pengiriman karena tunggakan ini, menyebabkan produksi domestik Neta berhenti total.
Neta Auto masih mempertahankan eksistensinya di Indonesia, meskipun dalam skala kecil.--neta.co.id
Akibatnya, pengiriman produk ke pasar internasional juga mengalami keterlambatan, meskipun sebelumnya Neta telah mendapatkan dukungan kredit senilai 2,15 miliar yuan atau hampir US$300 juta di Thailand.
Penurunan Tajam Dalam Penjualan Global
Pada 2022, mereka mencatat pengiriman sebanyak 152.000 unit, sebuah pencapaian yang membanggakan. Namun, kejayaan itu tidak bertahan lama.
Tahun 2023, pengiriman turun menjadi 127.500 unit, dan anjlok lebih dalam di tahun 2024 menjadi hanya 64.549 unit.
BACA JUGA:Stasiun Kertapati 'Jantung' Transportasi KA Penumpang dan Logistik
BACA JUGA:Memilukan!! Guru Ngaji Jadi Korban Penculikan dan Pelecehan Seksual di PALI
Penurunan drastis ini diperparah oleh pemutusan hubungan kerja masif, penutupan showroom, dan aksi protes dari para pemasok yang menuntut pelunasan pembayaran.
Kombinasi dari semua krisis ini membuat masa depan Neta Auto kini berada di ujung tanduk.
Harapan Tipis, Tapi Masih Ada
Meski kondisi perusahaan secara global sangat mengkhawatirkan, Neta Auto Indonesia tetap menunjukkan niat untuk bertahan di tengah badai.
Dengan langkah restrukturisasi yang sedang berlangsung di Tiongkok, nasib anak perusahaan di Indonesia pun sangat bergantung pada hasil dari proses hukum dan upaya pemulihan yang dilakukan di negara asalnya.