Sejarah Bank: Dari Tukar Uang di Taman Hingga Pilar Ekonomi Modern

Sabtu 14-06-2025,09:16 WIB
Reporter : M fikri ardiansyah
Editor : Hanida Syafrina

Perbedaan bunga ini menjadi sumber keuntungan bank sekaligus bentuk proteksi dari risiko gagal bayar.

Namun, dalam mengejar keuntungan, banyak bank justru terjebak dalam praktik berisiko tinggi.

BACA JUGA:Pertama Kali, 6 Tersangka Penyalahgunaan Narkotika Upaya Restorative Justice

BACA JUGA:Dari Jaringan ke Model Bisnis, AI Sedang Mengubah Wajah Telekomunikasi

Di awal tahun 2000-an, banyak bank menjalankan bisnis-bisnis kompleks dan melakukan spekulasi melalui divisi treasury.

Akibatnya, pada 2008, pecah krisis ekonomi global setelah banyak bank di Amerika memberikan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tanpa cek kemampuan bayar nasabah.

Ketika pasar properti jatuh, ekonomi dunia ikut limbung.

Pemerintah Amerika dan Eropa akhirnya turun tangan dengan membeli aset-aset bermasalah dari bank untuk menyelamatkan perekonomian.

Meski berhasil mencegah kebangkrutan besar, peristiwa ini membuat kepercayaan masyarakat terhadap profesi banker menurun drastis.

BACA JUGA:Anti Lemot, Tecno Pova 7 Ultra 5G Cocok Buat Zoom Meeting?

BACA JUGA:Kepulangan Perdana Debarkasi Palembang, Jemaah Cerita Perjuangan Haji

Kini, model bisnis perbankan berkembang semakin beragam.

Selain bank konvensional, muncul juga investment bank yang membantu perusahaan menghimpun dana dari pasar modal melalui penerbitan saham dan obligasi.

Di sisi lain, ada juga koperasi yang mengusung semangat non-profit, memberikan pinjaman dengan bunga lebih rendah dan dikelola secara demokratis oleh anggota.

Meski demikian, model koperasi ideal seperti ini sudah jarang ditemui di Indonesia.

Banyak koperasi simpan pinjam justru mematok bunga lebih tinggi dari bank, bahkan terlibat kasus pengelolaan dana yang merugikan anggota.

Kategori :