Menurutnya, pesanan sudah mulai berdatangan seminggu sebelumnya, bahkan hingga H-1 masih dibuka. Tak hanya untuk warga lokal, pesanan juga datang dari berbagai daerah seperti Baturaja, Lahat, Jambi, Bangka, bahkan sejauh Jakarta dan Batam.
“Jumlah yang terjual tahun ini cukup tinggi. Untuk bakcang Hokkien sudah lebih dari 1000 biji, bakcang Bangka sekitar 2000-an, lalu bakcang kacang (kosongan) dan kacang merah masing-masing sekitar 1000 biji,” ungkapnya.
Festival Peh Cun bukan sekadar perayaan budaya, tapi juga momentum untuk menjaga tradisi dan merawat rasa yang melekat dalam setiap gigitannya.
Bagi komunitas Tionghoa, terutama keturunan Hokkien, menikmati bakcang adalah cara mengikat kembali akar budaya sekaligus merayakan kebersamaan.