BACA JUGA:Toyota Hilux 2026: Evolusi Baru Sang Legenda Pick-up yang Makin Tangguh dan Nyaman
Namun, cara dan kecepatan dalam menavigasi perubahan ini menjadi sangat menentukan.
Bagi Jerman, yang selama puluhan tahun menjadi pemimpin otomotif dunia, tantangan ini ternyata jauh lebih kompleks dibandingkan yang dibayangkan.
Berbagai pihak kini menuntut evaluasi total terhadap strategi industri mobil listrik nasional. Banyak yang menilai bahwa pendekatan yang terlalu birokratis dan kurang adaptif terhadap dinamika pasar global menjadi salah satu penyebab keterpurukan ini.
Di sisi lain, kepercayaan investor dan publik juga ikut terguncang akibat gelombang kebangkrutan dan penutupan fasilitas produksi.
BACA JUGA:Pastikan Internet Merata, Ratu Dewa Launching 50 Titik WIFI Gratis
BACA JUGA:Rubicon 2025, Jeep Ikon Petualang yang Tangguh dan Berkarakter
Ke depan, pemerintah Jerman dituntut mengambil langkah konkret untuk menyelamatkan sektor otomotif dari kehancuran lebih lanjut.
Ini bukan hanya tentang menyuntikkan dana stimulus atau memberikan insentif pajak, tetapi juga menyangkut reformasi kebijakan industri yang lebih fleksibel, mendukung inovasi, serta memperkuat kerja sama global yang strategis.
Sementara itu, kebangkrutan BEM menjadi pelajaran pahit bahwa keberlanjutan industri tidak bisa dibangun hanya dengan narasi besar dan target ambisius.
Diperlukan rencana realistis, kepemimpinan yang kuat, dan eksekusi yang cermat. Tanpa itu semua, bukan tidak mungkin krisis ini akan menjalar lebih luas, meninggalkan jejak luka ekonomi yang dalam di jantung industri Jerman.