PALTV.CO.ID - Gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah mulai berlaku pada Rabu, 27 November 2024, setelah kesepakatan dicapai melalui mediasi Amerika Serikat dan Prancis.
Peristiwa ini dianggap sebagai momen langka dalam upaya diplomasi di kawasan yang telah lama dilanda konflik berkepanjangan, terutama setelah perang Gaza yang baru saja mereda.
Tugas Militer Lebanon Pasca-Gencatan Senjata
Militer Lebanon, pada hari yang sama, menyatakan kesiapan mereka untuk dikerahkan ke wilayah selatan negara itu. Tugas mereka adalah memastikan bahwa gencatan senjata benar-benar dilaksanakan.
BACA JUGA:Pergerakan Pasukan Rusia di Ukraina Mencapai Laju Tercepat
BACA JUGA:Hizbullah Lancarkan Serangan Balasan Yang Menewaskan 29 Orang Dan Merusak Puluhan Rumah di Israel
Tugas Militer Lebanon Pasca-Gencatan Senjata--Foto : eye.on.palestine/ig
Selain itu, mereka juga mengimbau warga di desa-desa perbatasan Lebanon-Israel untuk menunda kepulangan hingga militer Israel sepenuhnya meninggalkan wilayah tersebut.
Sebelumnya, perang antara Israel dan Hizbullah telah meluas hingga enam kilometer ke dalam wilayah Lebanon. Penduduk desa yang menjadi korban konflik terpaksa mengungsi meninggalkan rumah mereka yang hancur akibat pertempuran.
Keberhasilan Diplomasi di Akhir Masa Jabatan Biden
Kesepakatan ini dipandang sebagai pencapaian besar dalam upaya diplomasi internasional, khususnya bagi Amerika Serikat yang berada di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden.
Dengan masa jabatan yang tinggal menghitung hari, Biden berhasil memainkan peran penting dalam mendorong kesepakatan ini. Presiden terpilih Donald Trump dijadwalkan akan memegang tampuk kekuasaan pada 20 Januari 2024.
Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot, turut memuji tercapainya gencatan senjata ini. Ia menyatakan, “Penggunaan kekuatan militer harus dihentikan demi membuka jalan bagi dialog dan negosiasi. Gencatan senjata di Lebanon ini semoga menjadi awal untuk perdamaian yang serupa di Jalur Gaza.”