PALTV.CO.ID- Film Uprising membawa penonton kembali ke masa Dinasti Joseon di Korea Selatan, sebuah periode yang dijiwai oleh nilai-nilai Konfusianisme.
Di tengah situasi sosial dan politik yang penuh ketidakpastian dan gejolak perang, Uprising mengeksplorasi kisah persahabatan dua anak muda dari latar belakang yang kontras.
Cheon-young (diperankan oleh Gang Dong-won) adalah seorang anak yang sejak kecil hidup sebagai budak, sementara Jong-ryeo (Park Jeong-min) adalah anak dari keluarga bangsawan yang ia layani.
Meski berbeda kasta, hubungan mereka berkembang menjadi persahabatan yang erat, menjadikan latar belakang mereka sebagai ironi tersendiri dalam kisah ini.
BACA JUGA:Rangka Mudah Karat, Pengguna Pertanyakan Kualitas Rangka Honda
BACA JUGA:Memahami Perbedaan Antara Lensa Kacamata Photocromic dan Blue Ray
Dalam perjalanannya, Uprising tidak hanya bercerita tentang kehidupan Cheon-young dan Jong-ryeo, tetapi juga menggambarkan suasana penuh ketegangan di masa itu.
Perang, kelaparan, dan ketidakadilan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan rakyat di bawah kekuasaan raja yang lalim.
Perbedaan kasta yang menghalangi persahabatan mereka semakin terasa ketika konflik politik memaksa Cheon-young dan Jong-ryeo untuk memilih pihak.
Ketika Cheon-young menemukan dirinya di barisan pemberontak, Jong-ryeo tetap berada di sisi kerajaan, hingga pada akhirnya, mereka saling berhadapan dalam pertempuran yang tak terelakkan.
Film Uprising membawa penonton kembali ke masa Dinasti Joseon di Korea Selatan, sebuah periode yang dijiwai oleh nilai-nilai Konfusianisme.-- Foto: Instagram@gandongwon_archive
Film ini berhasil menangkap ironi tragis ketika persahabatan diadu dengan kesetiaan kepada idealisme masing-masing.
Kisah film ini digarap oleh Sang-man Kim, sementara naskahnya ditulis oleh sineas berbakat Park Chan-wook. Film ini memiliki momen-momen emosional yang kuat serta adegan aksi yang berani.
Pertarungan pedang dalam film ini digambarkan dengan sangat intens dan realistik, menambah kesan brutal pada konflik yang mereka hadapi.
Alur maju-mundur yang diterapkan memang memberi kedalaman pada cerita, namun di sisi lain, pendekatan ini juga membuat alur cerita kadang terasa kurang jelas.