Iron Dome selama ini menjadi andalan Israel dalam menembak jatuh rudal jarak pendek yang ditembakkan oleh kelompok Palestina, seperti Hamas, serta melindungi daerah-daerah berpenduduk dari serangan tersebut.
Sistem ini telah terbukti sangat efektif dalam menghadapi ancaman dari roket-roket yang ditembakkan dari wilayah Gaza.
Namun, laporan WSJ yang diterbitkan pada Selasa lalu mengungkapkan bahwa kemampuan militer Iran dan kelompok Hizbullah di Lebanon, memiliki tingkat ancaman yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan serangan-serangan yang biasanya dihadapi oleh Iron Dome.
Ini berarti bahwa sistem pertahanan udara tersebut mungkin tidak cukup untuk menghadapi ancaman yang lebih canggih dan kompleks yang bisa datang dari Iran dan sekutunya.
BACA JUGA:Israel Lanjutkan Serangan di Gaza, Jumlah Korban Hampir Mencapai 40.000 Termasuk Anak-Anak
BACA JUGA:19 Anak Palestina Diizinkan Israel Untuk Meninggalkan Gaza Untuk Dievakuasi ke Mesir
Selain itu, WSJ juga melaporkan bahwa sebuah sistem pertahanan udara berskala besar telah dikembangkan dengan partisipasi Amerika Serikat, bekerja sama dengan angkatan udara Israel, AS, dan beberapa negara lainnya.
Sistem ini juga melibatkan integrasi radar dari negara-negara tetangga di kawasan Timur Tengah. Upaya ini disebut-sebut dikoordinasikan terutama oleh Komando Pusat AS, yang bertanggung jawab atas operasi militer Amerika Serikat di kawasan tersebut.
Iran dikabarkan sedang bersiap-siap untuk melancarkan serangan terhadap zionis apartheid Israel, setelah pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, terbunuh dalam sebuah serangan udara di Teheran yang diduga dilakukan oleh Israel pekan lalu.
Kematian Haniyeh telah memicu kemarahan dari pihak Iran dan kelompok-kelompok perlawanan yang berafiliasi dengannya.
BACA JUGA:Yaman Serang Kapal Komersial dan Kapal Induk Amerika Yang Langgar Embargo Terhadap Israel
BACA JUGA:Penangkapan Massal di Tepi Barat, Israel Tahan Lebih Dari 9.170 Warga Palestina
Gerakan perlawanan tersebut menuding zionis apartheid Israel dan Amerika Serikat sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kematian Haniyeh.
Gerakan perlawanan tersebut menegaskan bahwa serangan ini tidak akan dibiarkan begitu saja tanpa adanya balasan.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan eskalasi konflik di wilayah tersebut, di mana Israel mungkin harus menghadapi serangan dari berbagai arah, yang melibatkan teknologi militer yang lebih maju, termasuk penggunaan drone dan rudal jarak jauh.
Dengan perkembangan ini, zionis apartheid Israel dan sekutunya di kawasan serta di dunia internasional, kemungkinan besar akan terus meningkatkan kesiapan dan kemampuan pertahanan mereka, untuk menghadapi berbagai skenario serangan yang mungkin terjadi dalam waktu dekat.