PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Kebijakan tarif impor baru yang diberlakukan oleh Uni Eropa (UE) terhadap kendaraan listrik yang diproduksi di Tiongkok telah menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan produsen mobil Eropa.
Tarif impor yang mencapai hingga 38,1% ini dianggap sebagai langkah untuk melindungi pasar otomotif Eropa dari persaingan tidak sehat.
Namun, langkah ini berpotensi memicu tindakan balasan dari Tiongkok, yang dapat berdampak negatif pada produsen mobil Eropa seperti Volkswagen dan Mercedes-Benz.
Menurut laporan yang diterbitkan oleh Auto Pro pada tanggal 16 Juni, pemerintah Tiongkok telah memberikan subsidi kepada produsen mobil listrik domestik untuk memungkinkan mereka menurunkan harga dan bersaing dengan kendaraan listrik global.
BACA JUGA:Uang Pinjaman Rp250 Juta Tak Kunjung Dikembalikan, Warga Sukarami Palembang Laporkan Charma Afrianto
Subsidi ini memungkinkan produsen mobil listrik Tiongkok untuk menawarkan harga yang lebih kompetitif di pasar internasional, termasuk Eropa.
Hal ini membuat kendaraan listrik Tiongkok semakin diminati oleh konsumen Eropa, yang mengancam dominasi produsen mobil Eropa di pasar tersebut.
Ketakutan akan tindakan balasan dari Tiongkok telah membuat produsen mobil Eropa menentang kebijakan tarif impor baru ini.
Mereka khawatir bahwa Tiongkok akan mengambil langkah serupa dengan menaikkan tarif impor terhadap produk Eropa, yang pada gilirannya dapat merugikan ekspor kendaraan Eropa ke Tiongkok. Tiongkok merupakan salah satu pasar terbesar bagi produsen mobil Eropa, sehingga tindakan balasan dari Tiongkok dapat berdampak signifikan pada penjualan mereka.
Tarif impor baru yang diberlakukan oleh UE ini hanya akan dikenakan pada merek-merek Tiongkok yang tidak bekerja sama dalam proses penyelidikan.
Produsen mobil lainnya akan dikenakan tarif yang lebih rendah, yaitu sebesar 17,4%. Langkah ini diambil untuk mendorong produsen mobil Tiongkok agar lebih transparan dan mematuhi aturan perdagangan yang adil.
Produsen mobil Eropa seperti Volkswagen dan Mercedes-Benz berpendapat bahwa kunci pertumbuhan ekonomi adalah melalui perluasan perdagangan yang adil dan bebas serta pencabutan pembatasan perdagangan.
Mereka berpendapat bahwa kebijakan tarif impor baru ini bertentangan dengan prinsip perdagangan bebas dan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
BACA JUGA:Mudahnya Mengisi Daya dengan iBacks Magnetic Powerbank: Snap, Charge, Go!