Mereka mulai menyesuaikan posisi mereka terhadap produk-produk investasi yang terkait dengan Bitcoin.
Para investor juga sedang memantau data ekonomi makro penting, seperti Produk Domestik Bruto (PDB) AS untuk kuartal pertama 2024, Indeks Kepercayaan Konsumen untuk beberapa negara di bulan Mei 2024, serta data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) AS yang akan segera dirilis.
"Jika PCE mengalahkan ekspektasi pasar, ini berpotensi menekan harga kripto lebih rendah. Namun, jika lebih rendah dari ekspektasi, ini bisa menguntungkan harga kripto karena harapan akan suku bunga yang tetap rendah, meningkatkan likuiditas dan kepercayaan untuk berinvestasi dalam aset berisiko seperti kripto," jelasnya.
Proyeksi dan Outlook Kripto ke Depan
BACA JUGA: Kemenkumham Sumsel Lakukan Monev PEKPPP di Unit Pelaksana Teknis
Dalam menghadapi kondisi ini, Panji Yudha memproyeksikan bahwa BTC mungkin akan mendapati support di sekitar US$60.000, dengan potensi penguatan terbatas menuju US$62.000. Namun, jika tidak berhasil bertahan di atas level support tersebut, BTC berisiko turun lebih jauh ke area support berikutnya di sekitar US$57.000.
Dengan berbagai faktor internal dan eksternal yang berkontribusi terhadap volatilitas pasar kripto, keputusan investor global dan perkembangan ekonomi global akan terus menjadi penentu arah pergerakan harga Bitcoin dan kripto lainnya dalam waktu dekat.*