Bell 212 di Iran mungkin dibeli pada 1970-an ketika Shah masih berkuasa, sebelum Revolusi Islam 1979, menurut The National, harian berbahasa Inggris yang dikelola pemerintah Uni Emirat Arab.
Sanksi AS
Setelah Shah digulingkan, Iran terus menggunakan banyak pesawat buatan AS namun menghadapi kesulitan mendapatkan suku cadang karena sanksi Amerika.
BACA JUGA:Yuk, Kenali Manfaat dan Panduan Diet Ketogenik untuk Epilepsi
Menurut Mehr News Agency, pada Maret lalu, deputi departemen ilmiah pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan Iran, Javad Mashayekh, mengatakan bahwa Iran akhirnya menjadi mandiri dalam memasok suku cadang pesawat.
Sebelumnya, Iran sangat bergantung pada sumber asing untuk suku cadang tersebut dan sanksi AS yang diberlakukan terhadap program nuklir Iran menyebabkan tantangan dalam hal ini.
Kourosh Ziabari, seorang jurnalis, menulis dalam komentar yang diterbitkan oleh Gulf International Forum bahwa "industri penerbangan Iran telah dirusak oleh pengabaian selama bertahun-tahun, kurangnya investasi, dan sanksi-sanksi yang melelahkan," sehingga "kecelakaan terus terjadi dan standar keselamatan transportasi udara terus menurun."
Penyebab Misterius
BACA JUGA:Ulasan Infinix GT20Pro: Ponsel Gaming dengan Solusi Pendinginan Unik
Tidak ada indikasi langsung bahwa sabotase mungkin menjadi faktor dalam kecelakaan helikopter di Iran. Namun, penggunaan "kecelakaan" penerbangan untuk melenyapkan pemimpin nasional atau saingan politik pernah dicurigai di masa lalu.
Pada Agustus lalu, Yevgeny Prigozhin, kepala kelompok tentara bayaran Wagner Rusia, tewas ketika jet pribadinya jatuh di luar Moskow. Banyak yang percaya penghancuran pesawat tersebut diperintahkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.
Pada April 1994, Presiden Rwanda Juvénal Habyarimana, seorang suku Hutu, terbunuh ketika pesawatnya ditembak jatuh oleh sebuah rudal, memicu genosida Rwanda. Penyelidikan tidak membawa tuntutan terhadap para tersangka pelaku.
Pada 1988, Presiden Pakistan Muhammad Zia-ul-Haq tewas ketika pesawat angkut C-130 yang ia tumpangi tiba-tiba jatuh tak lama setelah lepas landas dari bandara di kota Bahawalpur, Pakistan.
BACA JUGA:Ulasan Infinix GT20Pro: Ponsel Gaming dengan Solusi Pendinginan Unik
Pada saat itu, saksi mata melaporkan pesawat terbang secara tidak menentu sebelum jatuh. Laporan resmi Pakistan kemudian menyimpulkan bahwa "dengan tidak adanya alasan teknis, satu-satunya kemungkinan penyebab lain dari kecelakaan tersebut adalah terjadinya tindakan kriminal atau sabotase."
Faktor-faktor tersebut, baik cuaca buruk, kondisi helikopter, sanksi yang mempengaruhi perawatan dan suku cadang, maupun kemungkinan sabotase, semuanya dapat berperan dalam kecelakaan helikopter yang menewaskan Presiden Iran.