Polisi Hong Kong, yang menahan diri untuk mengungkapkan detail perusahaan dan karyawan yang spesifik, mengungkapkan bahwa para penipu menghasilkan deepfake dari peserta pertemuan menggunakan rekaman video dan audio yang tersedia secara online.
Menakjubkan, karyawan yang menjadi korban tidak mengenali sifat buatan dari deepfake selama konferensi video.
Penyelidikan saat ini sedang berlangsung, tetapi hingga saat ini, tidak ada penangkapan yang dilakukan, yang menunjukkan tantangan yang dihadapi oleh otoritas dalam memerangi kejahatan cyber yang canggih secara teknologi.
Insiden ini menyoroti ancaman yang semakin meningkat dari teknologi deepfake dalam melakukan penipuan keuangan dan penipuan korporat.
BACA JUGA:Harga Cabai di Muara Enim Mencapai Rp100 Ribu Per Kilogram, Pedagang dan Pembeli Sama-sama Mengeluh
Di luar skema penipuan keuangan, video deepfake telah menjadi kekhawatiran global, seperti yang ditunjukkan oleh gelombang terbaru video deepfake secara eksplisit seksual yang melibatkan bintang pop internasional Taylor Swift yang beredar di platform seperti X dan Telegram.
Baru-baru ini, tokoh-tokoh terkenal seperti Alia Bhatt, Katrina Kaif, Rashmika Mandanna dan lainnya telah menjadi korban deepfake yang menimbulkan banyak kekhawatiran keamanan dan privasi di negara ini.
Yang terbaru jatuh dalam ini adalah Akshay Kumar yang menyatakan kekecewaan karena deepfake dirinya yang mempromosikan aplikasi game beredar secara online.
Dia juga mengambil tindakan hukum dan mengajukan keluhan cyber terhadap penggunaan identitasnya secara tidak sah. Sekarang tinggal dilihat bagaimana masalah deepfake akan diatasi secara global untuk mencegah terjadinya.(*)