Judith Prochaska dari Stanford University menambahkan bahwa dokter perlu memperluas pengetahuan mereka terkait produk tembakau selain rokok yang semakin populer, seperti cerutu, tembakau tak berasap, rokok elektrik, dan pipa tembakau.
Meskipun penggunaan rokok menurun di AS, penggunaan produk tembakau lainnya mengalami peningkatan, dan kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan.
Meski studi ini memiliki keterbatasan, terutama jumlah penghisap cerutu dan pengguna pipa tembakau yang relatif kecil dalam sampel, hasilnya memberikan peringatan serius mengenai dampak kesehatan dari kebiasaan menggunakan produk tembakau.
Cerutu mengandung sejumlah zat berbahaya yang dapat merugikan kesehatan penggunanya. Nikotin, tar, dan karbon monoksida adalah beberapa zat yang ditemukan dalam cerutu.
BACA JUGA:Mewujudkan Kebiasaan Cuci Tangan dengan Wastafel yang Mudah Diakses adalah Kunci Kesehatan Publik
Para ahli kesehatan lainnya telah lama memperingatkan tentang dampak negatif merokok cerutu terhadap sistem pernapasan, menyebabkan penyakit paru-paru kronis, bronkitis, dan emfisema.
Selain itu, risiko kecanduan nikotin juga tinggi, membuka pintu bagi sejumlah masalah kesehatan mental.
Penting bagi masyarakat untuk menyadari bahaya yang terkandung dalam cerutu dan mempertimbangkan opsi untuk berhenti merokok demi kesehatan mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka.
Langkah-langkah preventif, seperti kampanye anti-merokok dan penyuluhan kesehatan, perlu ditingkatkan untuk meningkatkan kesadaran akan risiko kesehatan yang serius yang terkait dengan kebiasaan ini.
BACA JUGA:Bau Dalam Kabin Mobil? Ini Cara Mendiagnosis dan Mengatasinya Simple dan Mudah
Oleh karena itu, edukasi masyarakat tentang risiko kesehatan yang terkait dengan berbagai bentuk produk tembakau dan dorongan untuk berhenti menggunakannya tetap menjadi langkah penting.
Kesadaran ini diharapkan dapat membantu mengurangi angka kematian yang disebabkan oleh penyakit terkait tembakau di masa depan.*