Di akhir pertunjukan, pengunjung memiliki kesempatan untuk berfoto dengan para pemain tari, termasuk tokoh-tokoh utama seperti Rama, Sita, Hanoman, dan Rahwana, menambah kenangan tak terlupakan dari kunjungan ke Pura Uluwatu.
Bali, dengan keberagaman suku dan tradisinya, tetap memegang teguh budaya dan warisan leluhurnya.
Saat menginjakkan kaki di pulau ini, nuansa khas Bali yang kental terasa, membangkitkan rasa rindu untuk kembali menikmati keindahan dan keunikan tempat ini.
BACA JUGA:Penyidik Kejati Sumsel Periksa Petinggi Pertamina Wilayah Sumbagsel Terkait Kasus Korupsi Pajak
Tari Kecak di Pura Uluwatu memiliki beberapa elemen yang membuatnya unik.
Pertama, seperti tari tradisional Bali lainnya, Tari Kecak merefleksikan nilai-nilai adat dan tradisi.
Aspek kepercayaan dalam tarian ini, yang terinspirasi dari Tari Sanghyang, menunjukkan tingginya nilai spiritualitas, dengan para penari berkomunikasi dengan Dewa dan roh leluhur dalam keadaan tidak sadar.
Kedua, berbeda dari tarian daerah lainnya, Tari Kecak tidak membutuhkan iringan musik atau kostum khusus.
BACA JUGA:Harga Ekonomis Tapi Keren, 5 Pilihan Mobil yang Cocok Untuk Mahasiswa
Penari-penari Kecak, yang semuanya adalah laki-laki, tampil dengan telanjang dada dan hanya mengenakan kain selendang bermotif kotak-kotak.
Tak ada alunan musik, hanya teriakan "cak, cak, cak..." yang mengatur ritme tarian, sementara suara krincing gelang di kaki tokoh Rahwana menambah kesan dramatis.
Pura Uluwatu dengan Tari Kecaknya menjadi simbol kekayaan budaya dan spiritual Bali.
Pengalaman ini tidak hanya menyuguhkan pertunjukan seni yang memukau tetapi juga mengajak para pengunjung untuk merenung dan terhubung dengan warisan spiritual yang mendalam.
BACA JUGA:Tingkat Fatalitas Mycoplasma Pneumonia Lebih Rendah Dibanding COVID-19
Dengan keindahan alam dan kearifan lokal yang terjalin erat, Pura Uluwatu dan Tari Kecaknya menawarkan petualangan budaya yang tak terlupakan di pulau Dewata, Bali.*