PALEMBANG, PALTV.CO.ID,- Nepal mencatat sekitar 30.000 kasus gigitan ular setiap tahunnya. Namun, pemerintah masih belum menganggap masalah ini sebagai krisis yang serius.
Pada tanggal 5 Juni, seorang remaja berusia tiga belas tahun bernama Abhishek Nepal digigit oleh ular saat tidur di rumah neneknya di Pyuthan, sebuah kota di provinsi Lumbini, Nepal, sekitar 250 km sebelah barat ibu kota Kathmandu.
Meskipun dilarikan ke rumah sakit terdekat dalam waktu 10 menit, Abhishek dirujuk ke fasilitas lain tanpa menerima pengobatan yang tepat, karena dokter yang bertugas tidak tahu protokol pengobatan gigitan ular. Tragisnya, Abhishek meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.
Kisah ini hanyalah salah satu dari banyak kasus gigitan ular yang berakibat fatal di wilayah Terai di Nepal, dataran rendah yang terletak di selatan kaki bukit Himalaya dan berbatasan dengan India.
Madhav Acharya, seorang pria berusia 60 tahun dari provinsi tetangga, juga mengalami gigitan ular berbisa pada malam tanggal 31 Juli saat ia sedang tidur.
Ia dilarikan ke perguruan tinggi kedokteran di Kohalpur dan kemudian dirujuk ke rumah sakit di Bheri, provinsi Lumbini.
Meskipun ia akhirnya selamat setelah menjalani perawatan selama 17 hari, biaya pengobatannya mencapai sekitar 250.000 rupee Nepal ($1.886),
Jumlah yang sangat besar jika dibandingkan dengan pendapatan rata-rata tahunan yang hanya sekitar 200.000 rupee Nepal ($1.489) menurut IMF.
Menurut Lancet, sebuah jurnal medis terkemuka, Nepal mencatat antara 26.749 hingga 37.661 kasus gigitan ular setiap tahun, yang mengakibatkan 2.386 hingga 3.225 kematian. Yang lebih mengkhawatirkan, sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) milik PBB telah memasukkan gigitan ular ke dalam daftar penyakit tropis yang terabaikan, dan menekankan perlunya bukti epidemiologi yang lebih kuat di negara-negara endemik seperti Nepal.
"Kasus gigitan ular di Nepal mengalami peningkatan pada tahun 2018-2019," kata Dr. Hemant Ojha, kepala departemen zoonosis di Divisi Epidemiologi dan Pengendalian Penyakit di Kementerian Kesehatan dan Kependudukan Nepal.
Wilayah Lumbini melaporkan jumlah kasus tertinggi pada tahun 2021-22, sementara wilayah Madhesh dan Karnali juga mengalami peningkatan yang signifikan.
BACA JUGA:Sejarah Kain Songket Palembang, Kain Tenun Sejak Zaman Kerajaan dan Kesultanan Palembang.