Demonstran Duduki Plaza Kantor Pusat Microsoft, Diubah Jadi Plaza Anak-Anak Palestina

Puluhan karyawan Microsoft dan aktivis menduduki plaza utama di kantor pusat Redmond--Freepik.com
PALTV.CO.ID,- Karyawan dan aktivis menduduki plaza utama Microsoft di Redmond, mengganti nama area itu untuk mengenang anak-anak Palestina sembari memprotes dugaan keterlibatan layanan perusahaan.
Azure digunakan dalam pengawasan Israel di Gaza. Aksi duduk ini berlangsung di tengah penyelidikan internal yang masih berjalan.
Puluhan karyawan Microsoft dan aktivis menduduki plaza utama di kantor pusat Redmond, melakukan aksi duduk menentang dugaan pemanfaatan teknologi cloud milik perusahaan oleh militer Israel.
Para demonstran yang tergabung dalam gerakan “No Azure for Genocide” mengganti nama lokasi itu menjadi “Plaza Anak-Anak Palestina yang Gugur” dan mendeklarasikannya sebagai “Zona Bebas”.
Spanduk yang dibawa peserta aksi bertuliskan: “Join The Worker Intifada – No Labour for Genocide” dan “Martyred Palestinian Children’s Plaza”.
BACA JUGA:Tim Rescue Damkarmat Palembang Evakuasi Kucing dari Sumur Gelap 8 Meter
BACA JUGA:Polsek Tanjung Batu Intensifkan Patroli di Titik Rawan Kriminalitas
Disebutkan oleh The Guardian, demonstrasi ini terjadi tiga bulan setelah Microsoft memulai investigasi independen atas laporan bahwa Unit 8200 Israel menggunakan Azure guna menyimpan data pemantauan warga Palestina.
Laporan bersama The Guardian dan majalah Israel +972 awal bulan ini menuduhkan bahwa jutaan panggilan telepon dari Gaza dan Tepi Barat direkam di server Azure.
Microsoft menyatakan bahwa mereka “tidak mengetahui adanya pengawasan terhadap warga sipil atau perekaman percakapan telepon mereka dengan menggunakan layanan Microsoft”.
Sebagai langkah tindak lanjut, Microsoft menunjuk Covington & Burling untuk melakukan investigasi independen mengenai dugaan penyalahgunaan teknologi.
BACA JUGA:Dukung UMKM dan Ritel Modern, BRI Bersinergi dengan Indogrosir Hadirkan Inovasi Transaksi
Hossam Nasr, mantan karyawan Microsoft yang ikut dalam aksi, mengatakan kelompoknya meningkatkan bentuk protes karena tanggapan perusahaan dianggap tidak memadai. Ia menyinggung pembunuhan jurnalis Al Jazeera, Anas al-Sharif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: india today