Mobil Entry Level di Indonesia Minim Fitur? Ini Penjelasannya

ada satu kelas mobil yang berada di ujung bawah piramida pasar otomotif yakni mobil entry level.--youtube@fusebox
Harga Adalah Segalanya
Dalam pasar entry level, harga adalah kunci.
Segmentasi pembeli pada kelas ini kebanyakan berasal dari kalangan masyarakat yang baru pertama kali punya mobil atau baru beralih dari kendaraan bekas.
Tekanan harga menjadi sangat besar karena daya beli konsumen berada pada batas minimum.
Untuk bisa menghadirkan mobil murah, pabrikan harus menekan biaya produksi semaksimal mungkin. Dan cara paling mudah adalah memangkas fitur.
BACA JUGA:Strategi Marketing Beli 10 Gratis 1, Sapi Kambing Kurban Habis Terjual
BACA JUGA:Mantap!! Satlantas Palembang Gagalkan Penyelundupan 63 Ribu Benih Lobster Pasir
Tambahan fitur seperti airbag, kamera parkir, sensor atau system infotainment canggih tentu saja memerlukan biaya.
Tambahan fitur otomatis akan menaikkan harga jual. Kalau terlalu mahal, mobil tersebut tidak lagi layak masuk ke segmen entry level.
Alasan Teknis dan Risiko After Sales
Ada juga alasan lain yang cukup masuk akal tapi jarang disadari: semakin banyak fitur, maka semakin besar risiko kerusakan.
Konsumen di segmen ini biasanya menginginkan mobil yang praktis, tidak rewel, dan tidak memerlukan biaya perawatan tinggi.
BACA JUGA:TikTok Luncurkan TikTok for Artists, Platform Insight Musik Terbaru
BACA JUGA:Bejatnya! Ayah Rudapaksa Anak Kandung di Musi Rawas
Jika mobil murah dibekali banyak fitur elektronik seperti sensor parkir, TPMS, ESC, atau bahkan fitur semi-otonom, maka jika ada kerusakan, biaya perbaikannya bisa sangat membebani konsumen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber