Game Indie Sukses Tapi Masuk Ranah Hukum: Kisah Schedule One vs Drug Dealer Simulator

 Game Indie Sukses Tapi Masuk Ranah Hukum:  Kisah Schedule One vs Drug Dealer Simulator

Game Indie Sukses Tapi Masuk Ranah Hukum: Kisah Schedule One vs Drug Dealer Simulator--youtube@scheduleonegames

PALTV.CO.ID,- Di balik kesuksesan mendadak sebuah game, tersimpan ironi pahit dari sistem industri yang tak suka kejutan.

Apa jadinya ketika seorang pengembang indie menciptakan game seru, harga terjangkau, dan laku keras? Harusnya jadi cerita sukses, kan? Sayangnya, di dunia game saat ini, kesuksesan pengembang game di luar sistem justru bisa jadi masalah besar.

Inilah yang terjadi pada Schedule One game indie yang tiba-tiba viral. Alih-alih dirayakan, game ini langsung masuk dalam radar penyelidikan hukum. Tuduhannya? Meniru Drug Dealer Simulator — padahal gameplay dan tampilannya sangat berbeda.

Bukan Masalah Plagiat, Tapi Masalah Sukses

BACA JUGA: Saatnya Bangkit Tanpa Penerbit: Mengapa Industri Game Perlu Lebih Mandiri

BACA JUGA:Tesla Terdesak, Janjikan Mobil Murah dan Robotaxi di Tengah Persaingan Global

Game seperti Schedule One sering meledak berkat kreativitas tanpa batas. Sayangnya, keberhasilan ini bisa dianggap mengancam oleh pemain lama industri.

Ketika Schedule One menarik perhatian besar di Steam, pengembang Drug Dealer Simulator lewat penerbitnya, Movie Games SA, justru meluncurkan penyelidikan hukum.

Mereka menuduh kemiripan dalam tema dan gameplay, meski kenyataannya dua game ini sangat berbeda. Ini seperti menuntut Breaking Bad hanya karena sama-sama membahas narkoba.

Kekacauan Internal: Pengembang Sendiri Tak Tahu

BACA JUGA:BRI Grup Serahkan Klaim Asuransi AURORA Plus Rp106 Juta kepada Ahli Waris

BACA JUGA:JPU Tuntut 2 Tahun Penjara Terdakwa Rodi Susanto Pembawa Solar Sulingan

Hal paling mengejutkan? Tim pengembang Drug Dealer Simulator, yaitu Byte Runner, ternyata tidak tahu menahu soal penyelidikan ini. CEO mereka bahkan mengatakan, “Kami sama terkejutnya dengan kalian.”

Artinya, semua ini adalah keputusan sepihak dari pihak publisher. Pengembang merasa malu dan memilih untuk menjaga jarak dari langkah hukum yang terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber