Badai Kritik Aksen Guncang Gladiator 2, Respon Mengejutkan dari Denzel Washington

 Badai Kritik Aksen Guncang Gladiator 2, Respon Mengejutkan dari Denzel Washington

Denzel Washington menghadapi kritik seputar pilihannya untuk mempertahankan aksen aslinya dalam film terbaru Gladiator 2. --Foto : Instagram@ denzelwashington.official

PALTV.CO.ID- Denzel Washington menghadapi kritik seputar pilihannya untuk mempertahankan aksen aslinya dalam film terbaru Gladiator 2.

Film ini merupakan sekuel dari film epik terkenal Gladiator yang dirilis pada tahun 2000, dan dipimpin kembali oleh sutradara legendaris Ridley Scott.

Dalam film tersebut, Washington memerankan karakter Macrinus, seorang mantan budak dari Afrika Utara yang menjadi salah satu figur berpengaruh di Roma.

Namun, aksennya di film ini memicu reaksi dari penonton yang menilai bahwa aksen Denzel tidak sesuai dengan latar belakang karakter yang diperankannya.

BACA JUGA: Ingin Mobil Aman Maksimal? Ini Panduan Lengkap Memilih Teknologi Keselamatan Terkini

BACA JUGA:Tampilan Perdana Audi A3 Sedan 2025: Lampu Depan yang Dapat Dikustomisasi

Ketika trailer pertama Gladiator 2 dirilis, banyak penggemar langsung menyadari bahwa Washington menggunakan aksen khasnya sendiri, bukan aksen yang sesuai dengan asal-usul karakter Macrinus.

Hal ini memicu berbagai komentar negatif dari publik, yang menilai bahwa penggunaan aksen Amerika oleh Washington kurang mencerminkan realitas sejarah atau budaya tokoh tersebut.

Menanggapi hal ini, Denzel Washington memberikan penjelasannya dalam sebuah wawancara dengan Empire Magazine.

Menurut aktor yang telah memenangkan dua penghargaan Oscar ini, ia memilih untuk tidak menggunakan aksen Afrika yang dipaksakan karena merasa hasilnya mungkin akan lebih buruk.


Denzel Washington menghadapi kritik seputar pilihannya untuk mempertahankan aksen aslinya dalam film terbaru Gladiator 2. --Foto: Instagram@ denzelwashington.official

Dalam pandangannya, lebih baik ia tetap menggunakan aksennya sendiri daripada berusaha menirukan aksen Afrika yang tidak otentik dan berpotensi menghasilkan stereotip.

"Masalahnya, kita harus bertanya, aksen siapa yang ingin kita tiru? Seperti apa aksen itu seharusnya terdengar?" ujar Washington.

Ia melanjutkan bahwa menirukan aksen dari wilayah Afrika Utara bisa menjadi bumerang jika dilakukan dengan cara yang salah, dan justru berisiko menghadirkan representasi yang keliru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber