Harga Capai Rp 100.000 Per Kg, Ternyata Ini Penyebabnya

Harga Capai Rp 100.000 Per Kg, Ternyata Ini Penyebabnya

Harga Capai Rp 100.000 Per Kg, Ternyata Ini Penyebabnya --free pik.com

PALEMBANG, PALTV.CO.ID,- Harga cabai rawit merah telah mencapai level yang mengkhawatirkan di pasaran Indonesia.

Menurut Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), harga cabai rawit merah kini berkisar antara Rp 90.000 hingga Rp 100.000 per kilogram (kg), dengan kecenderungan terus naik. Abdullah Mansur, Ketua Umum Ikappi, menyatakan bahwa kenaikan harga yang drastis dalam beberapa waktu terakhir ini telah membuat pedagang merasa tertekan.

Mansur menjelaskan bahwa salah satu faktor utama yang menyebabkan lonjakan harga adalah penurunan pasokan cabai rawit merah dari sentra-sentra produksi utama.

"Dalam seminggu terakhir, pasokan yang masuk ke pasar hanya sekitar separuh dari biasanya. Ini mengakibatkan ketersediaan cabai rawit merah semakin menipis, terutama dari daerah produsen utama seperti Banyuwangi dan Malang di Jawa Timur serta Cianjur di Jawa Barat," ungkapnya.

BACA JUGA:Melesatnya Industri Alat Angkut Indonesia 2024: Kontribusi Besar dan Tantangan yang Harus Dihadapi

Dampak dari penurunan pasokan ini cukap terasa di seluruh Indonesia.

Di Sumatera Utara misalnya, harga cabai rawit merah mencapai Rp 39.750/kg, sementara di daerah lain seperti Banten, Jawa Barat, Jakarta, dan Jawa Tengah harga mencapai angka yang signifikan seperti Rp 83.600/kg hingga Rp 92.500/kg.

Para pedagang di lapangan merasakan tekanan yang cukup besar akibat kenaikan harga ini. Mereka terpaksa mencari strategi agar tetap bisa menjual cabai rawit merah kepada konsumen.

Salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan mencampurkan cabai rawit merah dengan jenis cabai lain untuk menawarkan harga yang lebih terjangkau, sekitar Rp 5.000 hingga Rp 10.000 per ikat.

BACA JUGA:HUAWEI MatePad SE 11'' Kids Edition, Tablet Aman dan Edukatif untuk Anak

Namun demikian, tidak semua daerah mengalami penurunan pasokan karena faktor iklim. Kementerian Pertanian melaporkan bahwa kekeringan yang melanda sejumlah sentra produksi cabai rawit merah turut berkontribusi terhadap penurunan produksi.

Misalnya, di Kabupaten Lamongan dan Tuban, kekeringan yang terjadi membuat kondisi tanaman cabai rawit merah mengalami penurunan hasil yang signifikan. Bahkan, di beberapa wilayah, kondisi tanaman telah rusak hingga 95% akibat kekurangan air dan lahan yang tidak mendukung.

Direktur Perbenihan Hortikultura Kementerian Pertanian, Inti Pertiwi Nashawari, menjelaskan bahwa produksi cabai rawit merah pada bulan Juli mengalami penurunan drastis dibandingkan bulan sebelumnya.

Data menunjukkan bahwa produksi turun dari 138.784 ton pada Juni menjadi 125.036 ton pada Juli. Hal ini menandakan bahwa masalah pasokan tidak hanya bersifat sementara, tetapi dapat berdampak jangka panjang terhadap ketersediaan cabai rawit merah di pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber