Ketegangan Antara Uni Eropa dan China Meningkat Akibat Bea Masuk Mobil Baru

Ketegangan Antara Uni Eropa dan China Meningkat Akibat Bea Masuk Mobil Baru

Ketegangan Antara Uni Eropa dan China Meningkat Akibat Bea Masuk Mobil Baru--Istimewa

PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Hubungan antara Uni Eropa (UE) dan China sedang mengalami ketegangan yang signifikan akibat rencana kebijakan bea masuk baru yang direncanakan oleh UE.

Ketegangan ini bermula ketika Uni Eropa mengumumkan niatnya untuk menaikkan bea masuk mobil listrik yang diimpor dari China, yang dapat mencapai tarif sebesar 38,1 persen.

Keputusan ini diambil oleh Uni Eropa karena mereka menilai pemerintah China memberikan subsidi yang tidak adil kepada produsen mobil listrik mereka, sehingga produk-produk tersebut bisa dijual dengan harga yang jauh lebih murah di pasar internasional.

Langkah Uni Eropa ini memicu reaksi keras dari pihak China. Pemerintah China menuding Uni Eropa melanggar aturan perdagangan internasional dengan menerapkan tarif tinggi tersebut.

BACA JUGA:Tren Pasar Kripto Dilanda Gelombang Sentimen Negatif, Apakah Harga Bitcoin Bakal Terus Anjlok?

China juga berencana untuk membalas dengan menaikkan tarif bea masuk untuk mobil-mobil Eropa yang diimpor ke China, terutama untuk kendaraan dengan mesin pembakaran berkapasitas besar. Beberapa produsen mobil di China bahkan menyarankan agar tarif yang dikenakan mencapai 25 persen.

Untuk meredakan ketegangan ini, perwakilan dari kedua belah pihak telah melakukan beberapa pertemuan. Dilaporkan oleh Carscoops, juru bicara Uni Eropa menyatakan bahwa diskusi lebih lanjut akan dilakukan dalam beberapa minggu mendatang.

Valdis Dombrovskis, Komisi Perdagangan Uni Eropa, mengatakan bahwa ia akan terus terlibat dalam pembicaraan di berbagai tingkatan untuk menemukan solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.

Di sisi lain, sikap Jerman terhadap kebijakan ini berbeda dengan sikap Uni Eropa secara keseluruhan. Pemerintah Jerman, yang telah menjalin komunikasi dengan Kementerian Perdagangan Tiongkok, menolak penerapan tarif bea masuk yang tinggi untuk mobil listrik asal China.

BACA JUGA:6 Kapolres di Polda Sumsel Akan Berganti, Siapa Sajakah Berikut Nama-Namanya !

Robert Habeck, Wakil Kanselir dan Menteri Federal Urusan Ekonomi dan Aksi Iklim Jerman, menyatakan bahwa Jerman dan China adalah pendukung dan penerima manfaat dari globalisasi. Ia menekankan bahwa tarif yang tinggi dapat menghambat transisi hijau Eropa dan merugikan konsumen.

Selain itu, Jerman juga khawatir bahwa penerapan tarif tersebut dapat berdampak negatif pada produsen mobil Jerman yang beroperasi di China. Jika China membalas dengan langkah serupa, produsen mobil Jerman mungkin menghadapi kesulitan di pasar China, yang merupakan salah satu pasar terbesar untuk kendaraan buatan Jerman.

Sementara ketegangan antara Uni Eropa dan China meningkat, situasi ini berbeda dengan kondisi pasar mobil listrik di Indonesia. Di Indonesia, mobil listrik asal China semakin populer dan pasar sedang mengalami peningkatan yang signifikan.

Pada ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024, jumlah kendaraan yang dipamerkan mencapai rekor tertinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber