Cek Kesehatan Melalui Anting-anting, Kok bisa?

Cek Kesehatan Melalui Anting-anting, Kok bisa?

Cek Kesehatan Melalui Anting-anting, Kok bisa?--free pik.com

PALEMBANG, PALTV.CO.ID,- Bayangkan bila sepasang anting yang dipakai dapat membantu melacak kesehatan, yak sebuah prototipe anting dikembangkan oleh Universitas Washington (UW) untuk memantau kesehatan pemakainya melalui suhu daun telinga.

Anting tersebut mengungguli jam tangan pintar dalam mendeteksi suhu kulit selama periode istirahat, menurut hasil penelitian skala kecil terhadap enam pengguna.

Pembacaan tersebut dapat membantu pengguna memantau tanda-tanda penyakit, seperti stres, pola makan, olahraga dan ovulasi, kata para peneliti

Penulis utama Qiuyue (Shirley) Xue , seorang mahasiswa doktoral di universitas Paul G. .Sekolah Ilmu & Teknik Komputer Allen di Seattle, mengaku merasa bahwa menggunakan jam tangan pintar untuk melihat kesehatan peribadi.

BACA JUGA:Beli Mobil Tua? Ini 9 Tips dan Hal yang Perlu Diperhatikan

Lalu dirinya menemukan anggapan banyak orang yang mengatakan jam tangan pintar itu ketinggalan zaman dan tidak nyaman.

Sementara Prototipe anting pintar ini memiliki ukuran dan berat yang mirip dengan penjepit kertas kecil dan memiliki daya tahan baterai hingga 28 hari, kata para peneliti.

Klip magnetik menempelkan satu sensor suhu ke telinga pemakainya, sementara sensor lainnya menggantung sekitar satu inci di bawahnya untuk memperkirakan suhu ruangan.

Anting-anting tersebut dapat dihias dengan desain fesyen yang terbuat dari resin atau batu permata tanpa mempengaruhi keakuratannya, kata Xue.

BACA JUGA:Kehebatan Sosok Cristiano Ronaldo Jr: Mencetak 58 Gol dalam 28 Laga di Al Nasr U-13

“Ini juga memberi kami pilihan untuk menggantungkan bagian sensor untuk memisahkan suhu ruangan dari suhu kulit.”ujarnya.

Membuat perangkat wearable yang cukup kecil untuk dijadikan anting, namun cukup kuat sehingga tidak memerlukan biaya, menghadirkan tantangan teknis, kata para peneliti.

Biasanya, jika ingin daya bertahan lebih lama, Anda harus memiliki baterai yang lebih besar. Tapi kemudian Anda mengorbankan ukuran.

Menjadikannya nirkabel juga memerlukan lebih banyak energi,” kata salah satu penulis utama Yujia (Nancy) Liu . Ia melakukan penelitian tersebut sambil mengejar gelar master di UW dan kini berada di University of California, San Diego.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber