MIrip Krisis Keuangan Asia 1998! Ringgit Malaysia Jatuh Ke Level Terendahnya Terhadap Dolar Amerika

MIrip Krisis Keuangan Asia 1998! Ringgit Malaysia Jatuh Ke Level Terendahnya Terhadap Dolar Amerika

Ringgit Malaysia Jatuh Ke Level Terendahnya Sejak Tahun 1998--freepik.com

PALEMBANG, PALTV.CO.ID.  Ringgit Malaysia mengalami pelemahan yang signifikan akibat penguatan dolar Amerika Serikat. Nilai mata uang Malaysia ini bahkan mencapai level terendah, yang sama seperti saat krisis keuangan Asia tahun 1997-1998.

Pada bulan Oktober 2023, nilai tukar Ringgit melemah sebanyak 8% terhadap dolar AS.

Kini, Ringgit Malaysia berada pada level 4,7607 per dolar AS, menjadikannya mata uang dengan performa terburuk di antara negara-negara ASEAN.

Pada tahun 1998, Ringgit Malaysia pernah mencapai level terendah sebesar 4,8850 per dolar AS. Jika nilai Ringgit terus tertekan lebih dari itu, maka akan menciptakan rekor terburuk dalam sejarah nilai tukar Ringgit Malaysia.

BACA JUGA:Minimalisir Ancaman dan Hambatan Pemilu 2024, Kejati Sumsel Bentuk 16 Posko Pemiilu Serentak.

Pelemahan Ringgit belakangan ini terutama disebabkan oleh penguatan permintaan terhadap dolar AS, terkait dengan konflik Israel-Hamas.

Penguatan terus-menerus dari dolar AS ini telah melemahkan mata uang Ringgit Malaysia dan membuatnya semakin rapuh.

Keputusan Bank Negara Malaysia (BNM) untuk tidak menaikkan suku bunga sejak bulan Juli juga menjadi faktor yang menghambat penguatan Ringgit.

Keputusan ini disebabkan oleh tingginya suku bunga riil yang membuat selisih suku bunga semakin besar dan kurang menguntungkan.

BACA JUGA:HUT Ke-66, Dirut Bank Sumsel Babel Akan Tingkatkan Kualitas SDM di Era Digitalisasi

Nilai tukar Ringgit Malaysia terus mengalami tekanan terhadap dolar AS dan mencapai titik terendah dalam 25 tahun terakhir.

Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, menolak untuk memperkuat Ringgit dengan menaikkan suku bunga. Menurutnya, saat ini kenaikan suku bunga tidak diperlukan dan dapat merugikan usaha kecil dan menengah.

Anwar juga mengusulkan solusi jangka menengah dan panjang dengan memisahkan diri dari ketergantungan terhadap dolar AS, yaitu dengan dedolarisasi. Malaysia telah mencari mitra dagang yang bersedia menerima pembayaran dalam Ringgit, seperti Indonesia, China, dan Thailand.

China adalah mitra dagang terbesar Malaysia, Indonesia adalah mitra dagang terbesar kelima, dan Thailand adalah mitra dagang terbesar ketujuh.

BACA JUGA:Keputusan Tegas Pzpn Terkait Skandal Di Tim Nasional U-17 Polandia: Empat Pemain Dikeluarkan

Kekhawatiran konflik Israel-Hamas, penurunan ekspor Malaysia selama enam bulan berturut-turut, dan keputusan BNM untuk tidak menaikkan suku bunga menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi pelemahan Ringgit.

Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, bahkan mengusulkan untuk mempertimbangkan mematok Ringgit terhadap dolar AS untuk mengurangi tekanan harga dan meningkatkan stabilitas ekonomi.

Di sisi lain, Malaysia juga mengalami penurunan dalam ekspornya selama enam bulan berturut-turut hingga mencapai Agustus 2023.

Perlambatan ekonomi China, yang merupakan mitra dagang terbesar Malaysia, telah menjadi faktor utama yang berkontribusi terhadap situasi ini.

BACA JUGA:Proyek Ambisius China Mengembangkan Robot Humanoid Canggih, Tahun 2025 Siap Di Rilis

Dilansir dari Free Malaysia Today pada Selasa(7/11/2023) Mahatir Mohamad mengatakan bahwa para pembuat kebijakan menghadapi dilema antara mengatasi hambatan ekonomi.

Melalui kenaikan suku bunga atau menghadapi risiko ketidakresponsifan yang dapat membahayakan stabilitas makro dan nilai Ringgit.

Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, telah menyuarakan pandangannya bahwa Malaysia harus mempertimbangkan untuk mengaitkan mata uangnya dengan Dolar AS, suatu kebijakan yang pernah diterapkan selama krisis keuangan Asia pada akhir 1990-an.

Ringgit telah mengalami penurunan hampir 8 persen terhadap Dolar AS, dengan nilai tukarnya turun menjadi 4,8 Ringgit per Dolar AS pada bulan lalu. Ini merupakan tingkat terendah yang dicapai sejak Januari 1998, ketika krisis melanda pasar keuangan Asia.

BACA JUGA:Indonesia Mengimpor 1 Juta Ton Beras dari 4 Negara, Ini Alasannya!

Mahathir memproyeksikan bahwa Ringgit dapat mengalami penurunan sebesar 5 persen lagi hingga mencapai rekor terendah, yaitu 5 Ringgit per Dolar AS.

"Bayangkan saja dampaknya terhadap biaya hidup Anda. Mengaitkan mata uang akan membantu mengurangi tekanan inflasi," tambahnya.

Aset-aset Malaysia telah mengalami dampak negatif akibat kenaikan suku bunga AS tahun ini, yang menyebabkan aliran dana kembali ke AS.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber