Dalam kasus ini, El Nino menyebabkan hujan datang terlambat, yang mengakibatkan penundaan dalam musim tanam dan panen.
Jika hujan mundur sebulan, maka musim tanam juga akan mundur sebulan, dan demikian seterusnya.
Akibatnya, musim kemarau yang lebih panjang dapat terjadi di berbagai wilayah, termasuk Sumatra bagian tengah hingga Selatan, seluruh pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur dan Barat, serta sebagian Papua.
Dampak dari mundurnya musim tanam dan panen ini adalah peningkatan risiko kekeringan di beberapa daerah.
BACA JUGA:Build, Spell, dan Emblem Balmond Terbaik dan Tersakit dalam Mobile Legends (ML)
Kekeringan ini dapat memengaruhi produksi pangan, termasuk produksi beras, dan mengakibatkan kelangkaan dan kenaikan harga beras di pasar.
Dalam konteks ini, cadangan beras pemerintah (CBP) di Bulog sebesar 1,6 juta ton menjadi penting.
Namun, pengadaan beras dari dalam negeri diharapkan sulit karena harga gabah dan beras medium sudah di atas Harga Eceran Tertinggi.
Hal ini membuat Bulog kesulitan untuk memperoleh gabah atau beras dengan harga yang wajar.
BACA JUGA:Semarakan HUT ke-78, PMI dan Pusri Palembang Gelar Donor Darah Untuk Menolong Sepenuh Hati
Bulog juga harus menyalurkan bantuan pangan beras selama 3 bulan mulai September - November 2023, yang memerlukan sekitar 640 ribu ton beras.
Selain itu, Bulog juga harus mengamankan harga beras melalui Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP), yang kemungkinan akan habis sekitar 150-200 ribu ton hingga akhir tahun.
Jadi, stok beras akhir tahun kemungkinan hanya tinggal sekitar 750-800 ribu ton.
Apakah jumlah ini cukup tergantung pada apakah Bulog akan diminta untuk menyalurkan bantuan sosial beras pada awal tahun 2024 atau tidak.
BACA JUGA:Update Shio Hari Ini Rabu 20 September 2023, Ramalan 6 Shio Naga Akan Sukses Jika Mau Bekerja Keras
Jika pemerintah memutuskan untuk tidak menyalurkan bantuan sosial beras, harga beras mungkin akan tetap tinggi.