PALEMBANG, PALTV.CO.ID,- Pernah ketindihan saat tidur ? fenomena ketindihan yaitu kondisi ketika Anda terbangun dari tidur namun Anda tidak bisa bergerak. Ketika mengalami kondisi tersebut, Anda bisanya merasa sudah bangun namun tidak bisa bergerak bahkan sulit bernafas dan disertai halusinasi.
Saat itu, perasaan tidak bergerak dan tidak bisa bersuara sangat menakutkan. Meskipun dari indra pendengaran biasanya sekilas bisa mendengarkan suara-suara di sekitar kita. Namun, tetap saja teriakan yang dikeluarkan akan tersekat di tenggorakan.
Sebagian orang menghubungkan ketindihan dengan peristiwa mistis. Padahal, kondisi ini bisa dijelaskan secara ilmiah. Meskipun dianggap sebagai pengalaman menakutkan, ada penjelasan ilmiah yang mendasari fenomena ini.
Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi ketika seseorang mengalami ketindihan saat tidur dan faktor-faktor ilmiah yang mempengaruhi terjadinya fenomena ketindihan ini.
BACA JUGA:Masih Jadi Pertanyaan : Benarkan MSG Berbahaya Bagi Kesehatan? Simak Mitos dan Faktanya.
Apa Itu Ketindihan Saat Tidur?
Ketindihan saat tidur, juga dikenal sebagai sleep paralysis dalam bahasa Inggris, adalah keadaan dimana seseorang merasa sadar tetapi tidak dapat bergerak saat terbangun atau tertidur.
Ketindihan yang sering dikaitkan dengan mistis, ternyata ada penjelasan ilmiah yang disebut sleep paralysis--instagram.com/@sleepparalysis_ysis
Selama periode ini, otot-otot tubuh menjadi kaku dan tidak dapat digerakkan, sementara pikiran tetap sadar. Sensasi ini juga sering disertai dengan perasaan sesuatu yang menekan dada atau tenggorokan, serta mungkin disertai dengan halusinasi visual atau auditori yang menakutkan.
Penjelasan Ilmiah tentang Ketindihan Saat Tidur
BACA JUGA:Kisah Hidup Elvis Presley yang Melegenda : Dielukan Penggemar Hingga Meninggal di Usia Muda
1. Siklus Tidur dan REM: Untuk memahami ketindihan saat tidur, penting untuk memahami siklus tidur. Tidur melibatkan beberapa tahap, salah satunya adalah Rapid Eye Movement (REM), di mana mimpi paling sering terjadi.
Pada tahap ini, otak sangat aktif dan memberikan perintah untuk menghentikan gerakan tubuh agar kita tidak mewujudkan tindakan yang terjadi dalam mimpi kita. Namun, terkadang terjadi disinkronisasi antara otak dan otot-otot tubuh selama fase transisi ini.
2. Kelumpuhan Sementara: Selama tahap REM, otak mengirimkan sinyal ke otot-otot tubuh untuk menghentikan gerakan. Ini dikenal sebagai "kelumpuhan tidur" dan merupakan mekanisme yang alami untuk mencegah kita melompat-lompat atau bergerak berdasarkan reaksi terhadap mimpi.
Pada beberapa orang, terjadi keterlambatan dalam menghentikan kelumpuhan tidur saat memasuki tahap bangun, yang menghasilkan sensasi terjebak dalam keadaan tidak dapat bergerak.