Di sisi lain, lini pertahanan juga menjadi titik lemah. Banyak kebobolan yang terjadi karena kesalahan individu dan kurangnya koordinasi antar pemain belakang.
Kiper pun kerap menjadi sasaran kritik karena beberapa kali gagal mengantisipasi bola-bola mudah. Kombinasi antara serangan yang tumpul dan pertahanan yang rapuh menjadikan Sriwijaya FC sulit keluar dari tekanan lawan.
Masalah Taktik dan Mental Pemain
Selain faktor teknis, masalah taktik dan mental juga menjadi sorotan tajam. Beberapa pengamat menilai permainan Sriwijaya FC terlalu mudah dibaca lawan.
Skema permainan monoton dan minim variasi serangan membuat tim lawan mudah mengantisipasi setiap pola serangan.
BACA JUGA:OnePlus 15 Diluncurkan, Inilah Semua Yang Sudah Kita Ketahui Sejauh Ini
BACA JUGA:HLN Ke-80, PLN Sambung Gratis Listrik Rumah Warga Pra Sejahtera di Bali
Di sisi lain, ketika tertinggal lebih dulu, mental pemain sering kali goyah. Alih-alih bangkit, mereka justru kehilangan fokus dan panik dalam penguasaan bola.
Pelatih Sriwijaya FC yang kini mendapat tekanan besar dari publik, mengakui bahwa timnya sedang berada dalam masa transisi.
Ia menegaskan bahwa proses pembenahan tengah dilakukan, baik dari segi strategi maupun mental bertanding.
Namun, dengan jadwal kompetisi yang padat, waktu untuk memperbaiki keadaan sangat terbatas.
Dukungan Suporter yang Mulai Menurun
BACA JUGA:Kanwil Kemenkum Sumsel Serahkan Pencatatan Hak Cipta Motif Batik Lapas Perempuan Palembang
BACA JUGA:Eye Comfort Shield, Fitur Samsung Galaxy?Tab?A11 Bikin Mata Lebih Nyaman
Kondisi terpuruk ini berdampak langsung pada antusiasme suporter Sriwijaya FC.
Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring yang dulu selalu penuh dengan warna kuning kebanggaan, kini tampak lebih sepi.