Kolak roti koing siap disajikan hangat.
Sajian ini bisa dikreasikan dengan menambahkan bahan lain seperti kolang-kaling, biji salak, atau pisang agar lebih bervariasi.
Di balik kesederhanaannya, roti koing menyimpan makna filosofis yang cukup dalam.
Teksturnya yang keras melambangkan keteguhan masyarakat Palembang di masa sulit, sementara cara menikmatinya dengan merendam dalam minuman panas menunjukkan bahwa sesuatu yang keras bisa menjadi lembut dengan kesabaran.
Tradisi menyajikan roti koing dalam kolak juga memperlihatkan kebersahajaan masyarakat.
Dari bahan yang sederhana, tercipta makanan yang tidak hanya lezat tetapi juga sarat makna sejarah.
BACA JUGA:Backlog Rumah di Sumsel Capai 398 Ribu Kepala Keluarga
BACA JUGA:Kakek di Tanjung Batu Diamankan Polisi Usai Bacok Tetangga dengan Parang
Rasanya yang khas, cara penyajian yang unik, serta nilai sejarahnya menjadikan kuliner ini pantas dilestarikan.
Melalui sajian kolak roti koing, generasi muda bisa belajar menghargai warisan nenek moyang sekaligus menikmati cita rasa tradisional yang berbeda dari makanan kekinian.
Setiap gigitan bukan hanya soal rasa, tetapi juga menyimpan cerita panjang tentang perjuangan dan kebersamaan.