PALEMBANG, PALTV.CO.ID - Aspartam adalah pemanis buatan yang digunakan secara luas di berbagai produk makanan dan minuman rendah kalori.
Meskipun dianggap aman oleh badan pengatur pangan di banyak negara, seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) di Amerika Serikat dan Badan Standar Pangan dan Obat-obatan (BPOM) di Indonesia, namun baru-baru ini beredar kabar bahwa aspartam berpotensi berbahaya untuk dikonsumsi.
Berikut beberapa potensi bahaya yang diakibatkan oleh aspartam.
1. Efek Samping Yang Dihasilkan
BACA JUGA:Dampak Penggunaan Rokok Elektrik terhadap Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah
BACA JUGA:Viral Anak Bermain RP, Hati-hati ini Dampaknya! Apa itu RP (Roleplay)?
Beberapa individu melaporkan efek samping setelah mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung aspartam. Klaim yang paling umum adalah migrain, sakit kepala, dan peningkatan sensitivitas terhadap rangsangan. Namun, penelitian ilmiah yang ada belum menyediakan bukti yang kuat untuk mengaitkan secara langsung aspartam dengan efek samping ini.
2. Potensi Penyebab Kanker
Salah satu klaim yang paling kontroversial adalah bahwa aspartam dapat menyebabkan kanker. Beberapa penelitian pada hewan telah menunjukkan adanya hubungan antara aspartam dan perkembangan tumor pada tikus tertentu.
Namun, penelitian lebih lanjut pada manusia tidak menyediakan bukti yang konsisten untuk mengonfirmasi klaim ini. Badan pengatur pangan di berbagai negara, setelah mengevaluasi bukti yang ada, menyimpulkan bahwa aspartam aman untuk dikonsumsi dalam jumlah yang ditetapkan.
BACA JUGA:Mengenal Apa Itu Heatwave dan Dampak Buruknya Bagi Kesehatan Tubuh Manusia
BACA JUGA:Waspada, Ini Dampak Buruk Jika Anda Sering Tidur Larut Malam
3. Pengaruh terhadap Penyakit Metabolik
Beberapa penelitian telah mengaitkan konsumsi aspartam dengan risiko penyakit metabolik seperti obesitas, diabetes tipe 2, dan sindrom metabolik. Namun, penelitian tersebut seringkali bersifat observasional dan tidak dapat menunjukkan hubungan sebab-akibat yang jelas. Faktor-faktor lain, seperti gaya hidup dan pola makan keseluruhan, juga dapat mempengaruhi risiko penyakit metabolik.