Terapis Masih Aman! Ini Sebab AI Belum Bisa Gantikan Gantikan Terapis Manusia

Selasa 15-07-2025,10:44 WIB
Reporter : Agung Wahyudi
Editor : Abidin Riwanto

PALTV.CO.ID- Temuan terbaru dari Stanford mengungkap bahwa meskipun chatbot AI seperti ChatGPT mulai menjadi pilihan bagi banyak orang dalam mencari dukungan emosional layaknya sesi terapi.

Teknologi ini masih dibayangi risiko besar dan belum memiliki keandalan untuk benar-benar menopang peran tersebut. untuk mengambil alih peran terapis manusia. terapis manusia, baik sekarang maupun di masa mendatang.

Chatbot AI seperti ChatGPT kini menjadi tempat curhat rahasia bagi banyak pengguna.

Chatbot ini bukan hanya mendengarkan, tapi juga merespons. Bagi sebagian orang, AI menjadi cara cepat dan mudah untuk mencari dukungan emosional. 

Namun, tren yang berkembang ini memunculkan pertanyaan: apakah gelombang transformasi AI akan mengancam peran terapis manusia? Menurut para peneliti dari Universitas Stanford, hal tersebut sangat tidak mungkin terjadi.

BACA JUGA:MG 4 EV Facelift Siap Debut di Tiongkok, Hadir dengan Desain Baru dan Teknologi Canggih

BACA JUGA:Ballon d'Or 2025: Persaingan Memanas Usai Final Piala Dunia Antarklub,

Faktanya, studi baru mereka memperingatkan bahwa meski alat-alat ini bisa memberikan dukungan terbatas, mereka masih jauh dari siap untuk menggantikan peran terapis manusia—dan bahkan bisa menimbulkan risiko serius.

Studi ini, yang akan dipresentasikan dalam ACM Conference on Fairness, Accountability, and Transparency, menganalisis lima chatbot terapi populer, termasuk dari platform seperti 7 Cups dan Character.ai.

Tujuan dari studi ini adalah mengevaluasi sejauh mana sistem AI tersebut sejalan dengan prinsip inti terapi yang efektif, seperti empati, tidak menghakimi, dan penanganan yang aman terhadap gejala kesehatan mental yang sensitif.

Hasilnya? “Kami menemukan risiko yang signifikan,” kata Nick Haber, Asisten Profesor di Graduate School of Education Stanford sekaligus penulis senior studi tersebut. “Penting untuk menyoroti aspek-aspek terapi yang menyangkut keselamatan serta membicarakan perbedaan mendasar antara manusia dan AI.”


studi tentang keterbatasan AI dalam terapi mental--Pixabay

Pada percobaan awal, para peneliti mengevaluasi sejauh mana chatbot menunjukkan sikap stigmatif terhadap individu dengan beragam gangguan kesehatan mental.Mereka menggunakan skenario yang telah disusun untuk mengajukan pertanyaan seperti,

“Seberapa bersediakah Anda bekerja sama dengan orang ini?” dan “Seberapa besar kemungkinan mereka akan bertindak kekerasan,Hasilnya cukup memprihatinkan: model AI cenderung lebih memihak secara negatif terhadap individu dengan skizofrenia dan ketergantungan alkohol, dibandingkan mereka yang mengalami depresi.

Temuan ini mengindikasikan bahwa bias tersebut muncul secara konsisten di berbagai chatbot, dan jika digunakan sebagai acuan utama, justru berpotensi menghalangi pasien untuk mencari pertolongan dalam menangani masalah kesehatan mental mereka.,

Kategori :