Ini menjadi tingkat pertumbuhan paling rendah sejak Februari 2024, di mana produksi memang sempat menurun drastis karena libur Tahun Baru Imlek.
BYD telah menghentikan operasi malam hari di sejumlah fasilitas manufakturnya.--En.wikipedia.com
Padahal, sepanjang kuartal kedua 2023 hingga akhir 2024, BYD mencatat tren kenaikan produksi yang cukup konsisten.
Namun, data terbaru menunjukkan bahwa volume produksi pada April dan Mei 2025 mengalami penurunan sekitar 29% dibandingkan dengan kuartal IV tahun sebelumnya.
Penurunan ini cukup mencolok, mengingat BYD sebelumnya dikenal dengan strategi pertumbuhan agresif dan peluncuran berbagai model kendaraan dengan harga terjangkau.
BACA JUGA:Motor IRT Raib Saat Belanja, Aksi Pencurian di Toko Mainan Anak Terekam CCTV
BACA JUGA:Masa Depan HP 1 Jutaan di Pasar Indonesia: Tetap Bertahan atau Akan Tergeser?
Salah satu strategi yang digunakan BYD untuk mendongkrak penjualan adalah memberikan diskon besar-besaran, terutama di pasar domestik.
Model-model tertentu bahkan ditawarkan dengan harga mulai dari 55.800 yuan (sekitar US$7.800).
Namun, pendekatan ini justru memicu persaingan harga yang lebih tajam di antara produsen otomotif Tiongkok lainnya dan turut menyeret harga saham sektor otomotif secara keseluruhan.
Masalah lain yang dihadapi BYD adalah menumpuknya stok kendaraan di tingkat dealer.
Survei yang dilakukan Asosiasi Dealer Otomotif China pada Mei 2025 mengungkap bahwa dealer BYD memiliki persediaan kendaraan yang cukup untuk 3,21 bulan—angka ini jauh di atas rata-rata industri yang hanya sekitar 1,38 bulan.
BACA JUGA:Tecno Pova 7: Unggul Berkat Teknologi Pendingin Canggih untuk Gaming Lancar
BACA JUGA:HP OPPO 1 Jutaan dengan Kamera AI Canggih, Pilihan Tepat di Kelas Entry-Level
Kondisi ini menunjukkan ketidakseimbangan antara produksi dan permintaan aktual.
Krisis ini juga tercermin dari ditutupnya beberapa jaringan dealer besar BYD di Provinsi Shandong.