Mobil Listrik Elegan dari Honda, Pilihan Antara Sewa di Indonesia dan Pembelian di Malaysia

Minggu 18-05-2025,09:26 WIB
Reporter : said prakata
Editor : Hanida Syafrina

BACA JUGA:SUS Buah Premium: Inovasi Manis dari Palembang yang Menggugah Selera

Dalam skema ini, konsumen cukup membayar Rp22 juta per bulan selama lima tahun. Setelahnya, ada opsi untuk memiliki kendaraan secara penuh.

Skema ini disiapkan untuk 300 unit e:N1 saja, menjadikannya eksklusif dan sangat terbatas.

Dalam paket langganan itu sudah termasuk perawatan berkala, layanan darurat, dan garansi, sehingga konsumen tinggal pakai saja tanpa pusing soal biaya tambahan.

Strategi ini, menurut saya, menunjukkan bahwa Honda membaca kondisi pasar Indonesia yang masih ragu-ragu soal mobil listrik.

BACA JUGA:MPV Keluarga Terbaik 2025: Kembalinya Toyota Kijang Super dengan Sentuhan Teknologi Modern

BACA JUGA:Kebakaran Hanguskan Kontrakan 8 Pintu di Palembang, Satu Warga Dilarikan ke Puskesmas

Banyak calon konsumen yang takut beli EV karena belum yakin soal keandalan baterai, nilai jual kembali, atau infrastruktur pengisian daya yang belum merata.

Maka, sistem berlangganan ini adalah "jembatan" untuk mengenalkan EV tanpa membuat konsumen harus langsung mengeluarkan biaya besar untuk membeli.

Meski terlihat sangat berbeda, kedua pendekatan ini punya tujuan yang sama: memperkenalkan e:N1 sebagai bagian dari transisi ke mobilitas berkelanjutan.

Di Malaysia, Honda menyasar konsumen yang sudah siap membeli. Di Indonesia, Honda mengedukasi pasar dulu lewat sistem langganan. Keduanya adalah strategi cerdas yang disesuaikan dengan kesiapan masing-masing negara.

BACA JUGA:SPMB Jalur Afirmasi Palembang Dimulai 19 Mei, Pendaftaran Dilakukan Secara Online

BACA JUGA:Garap Kontrakan Tetangga, Petani di Desa Lubuk Nipis Muara Enim Dibekuk

Namun, bukan berarti strategi Indonesia tanpa kritik. Banyak konsumen merasa bahwa total biaya langganan selama lima tahun yang mencapai Rp1,32 miliar terasa terlalu mahal, apalagi dibandingkan dengan harga jual di Malaysia yang hanya setengahnya.

Belum lagi, tidak semua orang nyaman dengan konsep "sewa jangka panjang".

Karena itu, ke depan, saya rasa Honda perlu membuka opsi pembelian langsung untuk pasar Indonesia. Setelah fase edukasi dan pengenalan ini selesai, konsumen pasti ingin pilihan yang lebih fleksibel.

Kategori :