PALTV.CO.ID - Kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang berencana menghentikan pengembangan mobil listrik menimbulkan reaksi beragam di berbagai negara.
Namun, bagi Indonesia, keputusan tersebut justru dipandang sebagai peluang strategis untuk memperkuat industri baterai kendaraan listrik yang berbasis nikel. Sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia, Indonesia berpotensi mendapatkan keuntungan besar dari dinamika pasar global ini.
Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Perkasa Roeslani, menegaskan bahwa Indonesia tidak khawatir dengan kebijakan tersebut.
Sebaliknya, penurunan harga nikel yang kemungkinan terjadi akibat penurunan permintaan dari Amerika Serikat justru dapat menguntungkan industri kendaraan listrik berbasis nikel di Indonesia.
BACA JUGA:Suzuki Jimny Nomade Dihargai Setara Ertiga Hybrid, Pesanan Meledak!
BACA JUGA:Toyota Hilux Rangga vs Mitsubishi L300: Bisakah Menyaingi Dominasi Legenda?
"Justru tidak (khawatir) sama sekali. Dengan harga nikel yang turun, baterai kendaraan listrik berbasis nikel akan semakin kompetitif," ujar Rosan dalam pernyataannya di Jakarta, Jumat (31/1).
Selama ini, harga nikel yang tinggi menjadi tantangan bagi industri baterai kendaraan listrik.
Biaya produksi yang mahal menyebabkan harga mobil listrik berbasis baterai nikel menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan kendaraan listrik yang menggunakan baterai Lithium Ferro-Phosphate (LFP).
Penurunan harga nikel diperkirakan akan membuat biaya produksi lebih rendah, sehingga kendaraan listrik berbasis nikel bisa lebih bersaing di pasar global.
BACA JUGA:Holiday Angkasa Wisata Berangkatkan total 81 Jamaah Umroh Plus Turki dalam Sehari
BACA JUGA:Ajang Bergengsi! Seleksi Tilawatil Quran dan Hadist Ke 12 di Banyuasin Resmi Dibuka
Indonesia telah lama berupaya mengembangkan ekosistem kendaraan listrik dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya nikelnya. Dengan potensi penurunan harga nikel, Indonesia diharapkan menjadi semakin menarik bagi investor yang ingin menanamkan modal di sektor ini.
"Dengan harga nikel yang lebih kompetitif, investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. Ini akan semakin mendorong pertumbuhan industri baterai kendaraan listrik di dalam negeri," lanjut Rosan.
Kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang berencana menghentikan pengembangan mobil listrik --ilustrasi pribadi