AS Blokir Teknologi Otomotif China Demi Keamanan Nasional

Minggu 19-01-2025,07:43 WIB
Reporter : said prakata
Editor : Hanida Syafrina

BACA JUGA:Ekspor Kopi Sumsel Meningkat, Tantangan Infrastruktur Masih Jadi Penghambat

Kemajuan ini memungkinkan China menjadi eksportir mobil terbesar di dunia, mengungguli negara-negara lain termasuk Jepang dan Jerman.

Regulasi baru ini tidak hanya bertujuan untuk membatasi perdagangan komponen dan kendaraan dari China, tetapi juga mencerminkan persaingan geopolitik yang semakin intensif antara kedua negara.

AS menilai bahwa ketergantungan pada teknologi China dapat membuka celah yang dimanfaatkan oleh Beijing untuk meningkatkan pengaruhnya di dunia internasional.

Namun, para pengamat menyebut langkah ini juga berisiko mengisolasi AS dari inovasi teknologi yang sedang berkembang pesat di Asia.

BACA JUGA:Hadapi PSMS Medan dalam Laga Perdana Play Off Degradasi, SFC Hanya Bawa 16 Pemain

BACA JUGA: Nissan Murano 2025 : Lakukan Perubahan, Tapi Masih Mengecewakan

Sejumlah analis menilai bahwa kebijakan ini dapat memperdalam kesenjangan antara pasar otomotif AS dan China.

Larangan tersebut dinilai sebagai bentuk proteksionisme yang bertujuan untuk mempertahankan dominasi AS dalam teknologi otomotif.

Namun, tanpa kerja sama dengan negara-negara lain, khususnya China, AS mungkin akan kehilangan peluang untuk mengadopsi teknologi inovatif yang lebih efisien dan terjangkau.

Selain itu, keputusan ini dapat memicu ketegangan lebih lanjut dalam hubungan dagang antara kedua negara.

BACA JUGA:Yamaha Aerox Alpha diharapkan dapat menjadi pilihan utama bagi konsumen

BACA JUGA:Tesla: Dulu Primadona, Kini Kurang Dilirik di Pasar Indonesia

Sebagai eksportir mobil terbesar di dunia, China berpotensi mengambil tindakan balasan dengan mengurangi pasokan komponen penting yang selama ini digunakan oleh produsen mobil AS.

Langkah ini tentu akan berdampak langsung pada harga kendaraan di pasar domestik Amerika dan mempersulit transisi menuju kendaraan listrik yang sedang diupayakan secara masif.

Meskipun kontroversial, kebijakan ini mencerminkan komitmen AS untuk mengamankan data warganya dari ancaman eksternal.

Kategori :