Tradisi lokal seperti gendhuri atau upacara meminta hujan, menjadi daya tarik budaya yang dapat dikembangkan. Selain itu, kuliner khas seperti pepes kroto, masakan enthung jati, dan blendrat—gorengan dari daun singkong—menambah kekayaan budaya yang bisa diperkenalkan kepada wisatawan.
Pengembangan Wisata dan Infrastruktur
Melihat potensi wisatanya, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mengalokasikan Rp5 miliar dari Dana Istimewa (Danais) untuk penataan kawasan dusun. Hingga saat ini, fasad rumah warga telah diperbarui dengan desain seragam bergaya Mataraman menggunakan bata merah ekspos.
Pagar dan gapura kecil di depan rumah menciptakan suasana khas yang mengingatkan pada perkampungan era Kerajaan Majapahit.
Dalam tiga tahun ke depan, 79 rumah di dusun ini akan direnovasi agar lebih menarik bagi wisatawan. Penataan ini diharapkan tidak hanya mempercantik kawasan tetapi juga melestarikan budaya lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
BACA JUGA:Bobby Kertanegara, Si Meong Penghuni Baru Istana Negara
BACA JUGA:Mengulik Pesona Kolmbeng, Bolu Legendaris dari Yogyakarta
Masa Depan Pariwisata Wotawati
Pelaksana Tugas Bupati Gunungkidul, Heri Susanto, menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah daerah dan Dinas Pariwisata untuk memprioritaskan pengembangan wisata terpadu.
Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) DIY, GKR Bendara, juga mengingatkan agar keindahan alam dan keunikan budaya Wotawati tetap terjaga di tengah geliat pengembangan pariwisata.
Dusun Wotawati, dengan segala keunikannya, tidak hanya menawarkan fenomena alam yang langka tetapi juga kekayaan budaya dan tradisi yang berpotensi menjadi daya tarik wisata unggulan di DIY. Semoga dengan pengelolaan yang bijaksana, dusun ini dapat menjadi destinasi wisata yang berkelanjutan.