PALTV.CO.ID,- Di kalangan pecinta otomotif cita-cita untuk memiliki mobil premium, terutama dari merek Eropa seperti BMW, Mercedes-Benz, atau Audi, seringkali menjadi tujuan utama.
Mobil-mobil Eropa ini bukan hanya simbol status, tetapi juga dikenal karena kenyamanan dan performanya yang superior.
Namun, ada satu hal yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam mobil Eropa: depresiasi nilai jual kembali atau second mobil Eropa yang sangat tinggi.
Mobil Eropa dianggap sebagai kendaraan yang nyaman dan mewah, sehingga banyak orang, baik dari kalangan atas, menengah, maupun yang mendesak, berhasrat untuk memilikinya.
BACA JUGA:Kepala Kanwil Kemenkumham Sumsel Ilham Djaya Sambut Baik Kunjungan Kerja Kabinda Sumsel Sudadi
Mobil Eropa: Simbol Status dengan Harga Jatuh
Kalangan atas biasanya tidak berpikir panjang saat membeli, sementara kalangan menengah sering kali memilih mobil bekas yang sudah berumur untuk mengurangi risiko.
Namun, bagi kalangan menengah yang sering kali disebut "mendang mending," pembelian mobil Eropa bisa menjadi sebuah dilema.
Banyak di antara mereka yang mempertimbangkan biaya perawatan yang tinggi serta depresiasi nilai jual yang ekstrem. Mobil Eropa, terutama yang premium, diketahui memiliki nilai jual yang anjlok dalam tiga hingga lima tahun pertama.
BACA JUGA:Sekda Palembang Minta RT dan RW Bantu Sukseskan Pilkada
Misalnya, BMW Series 3 320i keluaran 2021 yang dibanderol sekitar Rp800 juta, hanya dalam waktu tiga tahun bisa turun menjadi Rp400 juta.
Ini menunjukkan bahwa mobil Eropa bukan hanya mahal saat pembelian, tetapi juga bisa menjadi investasi yang merugikan dalam jangka pendek.
Faktor Penyebab Depresiasi Tinggi