Abu Shujaa sendiri sempat menghabiskan lima tahun dalam penjara Israel, setelah pertama kali ditangkap pada usia 17 tahun.
BACA JUGA:Meningkatkan Pengetahuan Agama Islam, PALTV Kembali Gelar Pengajian Rutin Akhir Bulan
BACA JUGA:Biang Kemacetan Jalan Residen Abdul Rozak Palembang, U-Turn Sekolah Kumbang Ditutup Permanen
Pengalaman di penjara dan pergaulannya dengan pimpinan perlawanan membentuk kepribadiannya dan memperkuat komitmennya terhadap perjuangan.
Setelah kematian pejuang perlawanan Saif Abu Labdeh dari Kamp Nur Shams, Abu Shujaa turut serta dalam mendirikan Brigade Tulkarem, bagian dari Brigade Al Quds.
Ia menjadi tokoh penting dalam mengembangkan brigade ini dan berperan aktif dalam perlawanan terhadap Israel di Tepi Barat.
Abu Shujaa juga dikenal memuji peran pemimpin besar, Izz al-Din, dalam mendukung perjuangannya.
BACA JUGA:Ducati Multistrada V4 RS Memasuki Pasar Indonesia
BACA JUGA: Menguatkan Ketekunan Mahasiswa Pendidikan Ekonomi melalui Inovasi Digital
Kekaguman Terhadap Perlawanan di Gaza
Dalam beberapa minggu terakhir sebelum kematiannya, Abu Shujaa sempat melakukan wawancara dengan Al Mayadeen, sebuah langkah berani mengingat dirinya sedang diburu oleh pasukan Israel.
Dalam wawancara tersebut, ia berbicara mengenai integrasi perlawanan di Tepi Barat dengan perlawanan di Gaza, terutama selama Pertempuran Banjir Al Aqsa.
Ia mengakui bahwa para pejuang Gaza telah menjadi sumber inspirasi dan semangat bagi dirinya dan rekan-rekannya di Tepi Barat.
BACA JUGA:Telegram Perkenalkan Fitur Baru untuk Membantu Konten Kreator Menghasilkan Uang
BACA JUGA:KPU Sumsel Tutup Pendaftaran, 3 Paslon Gubernur-Wakil Gubernur Sumatera Selatan Telah Mendaftar
Abu Shujaa juga mengungkapkan rasa hormat dan kekagumannya terhadap rakyat Gaza, yang menurutnya telah membuktikan keteguhan dan keberanian mereka dalam menghadapi Israel.