Selain itu, proses perbaikan mobil listrik sering kali melibatkan teknisi yang memiliki keahlian khusus, yang juga berkontribusi pada tingginya biaya perbaikan.
material yang digunakan pada kendaraan ini sering kali lebih mahal.--ilustrasi pribadi
Tesla Model 3 dan Model Y adalah dua model mobil listrik yang paling sering terlibat dalam klaim perbaikan akibat kecelakaan.
BACA JUGA:Kemenkumham Sumsel Wujudkan Desa Sadar Hukum di Jakabaring
BACA JUGA:Kemenkumham Sumsel Gencar Sosialisasikan Kekayaan Intelektual di Lubuklinggau
Hal ini tidak mengherankan mengingat kedua model tersebut adalah kendaraan listrik yang sangat populer dan memiliki jumlah penjualan yang tinggi.
Dengan populasi yang banyak di jalanan, peluang kendaraan ini terlibat dalam kecelakaan juga lebih besar. Kendati demikian, biaya perbaikan yang tinggi juga disebabkan oleh komponen unik yang dimiliki oleh Tesla.
Seperti baterai besar yang berada di bawah lantai kendaraan dan berbagai sensor canggih yang menjadi bagian dari sistem autopilot Tesla.
Di sisi lain, ada fakta menarik yang diungkapkan oleh Mitchell dalam laporannya.
Klaim perbaikan mobil listrik jarang melibatkan perbaikan rangka kendaraan.--ilustrasi pribadi
BACA JUGA:Ikatan Bidan Indonesia Sumsel Tingkatkan Silaturahmi di Momen Kemerdekahan HUT RI ke-79
BACA JUGA:Mercedes-Maybach GLS 600 Berpelat DPR Viral di Media Sosial: Intip Harga dan Spesifikasinya
Perbaikan rangka biasanya memerlukan penanganan khusus, seperti penggunaan mesin hidraulis untuk meluruskan rangka yang rusak akibat tabrakan.
Minimnya klaim perbaikan rangka pada mobil listrik menunjukkan bahwa desain kendaraan ini mampu mengurangi dampak energi tabrakan sehingga tidak merusak struktur utama kendaraan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun mobil listrik lebih ramah lingkungan dan menawarkan efisiensi energi yang lebih baik, ada tantangan tersendiri yang perlu dihadapi oleh para pemilik kendaraan ini.
Salah satunya adalah biaya perbaikan yang lebih tinggi dibandingkan mobil konvensional.