Fakta Penting Tentang Masjid Al Aqsa yang Perjanjian Lamanya Sering Dilanggar Zionis Apartheid Israel

Senin 19-08-2024,09:22 WIB
Reporter : Johanes
Editor : Devi Setiawan

PALTV.CO.ID - Belum lama ini, Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, memimpin ratusan warga Yahudi untuk mengunjungi komplek Masjid Al Aqsa di Yerusalem, yang juga dikenal sebagai Temple Mount.

Aksi ini melanggar larangan lama yang diberlakukan oleh pemerintah zionis apartheid Israel, yang melarang doa Yahudi di situs tersebut.

Komplek ini merupakan tempat suci bagi umat Yahudi karena dianggap sebagai lokasi dari dua kuil kuno.

Bagi umat Muslim, Masjid Al Aqsa adalah situs suci ketiga setelah Mekah dan Madinah, karena diyakini sebagai tempat di mana Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan malam ke langit.

BACA JUGA:Tercatat Dalam Al-Quran, Ada 3 Janji Allah SWT Kepada Kaum Yahudi Sebelum Turunnya Imam Mahdi Merebut Al Aqsa

BACA JUGA:Sejarah Berpindahnya Arah Kiblat Salat Umat Islam dari Al-Aqsa ke Ka'bah

Setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967, zionis apartheid Israel mengambil alih komplek Masjid Al Aqsa ini dari Yordania, yang sebelumnya bertindak sebagai penjaga situs tersebut.

Kunjungan Ben-Gvir ini menuai kecaman dari para pemimpin Palestina, Amerika Serikat, Prancis, PBB, dan berbagai negara Arab.

Mereka mengecam tindakan tersebut sebagai provokasi yang melanggar status quo yang telah lama ada.

Pemerintah zionis apartheid Israel kemudian mengklaim bahwa tidak ada perubahan dalam peraturan yang membatasi ibadah di situs tersebut hanya untuk umat Muslim.

BACA JUGA:Korban Tewas di Gaza Tembus 40 Ribu Jiwa, Negosiasi Gencatan Senjata Terus Berlangsung

BACA JUGA:Israel Paksa Ribuan Warga Gaza Mengungsi Dari Khan Younis Setelah Serangan ke Sekolah


Bagi Muslim, Masjid Al Aqsa adalah situs suci ketiga setelah Mekah dan Madinah.--instagram.com/@pictureperfectpalestina

Namun, video yang beredar memperlihatkan kelompok Yahudi yang berdoa dan bernyanyi di sekitar situs suci tersebut, yang semakin memperburuk ketegangan.

Kementerian Luar Negeri Yordania dan negara-negara Arab lainnya menyatakan kekhawatiran mereka atas pelanggaran ini dan menyerukan dukungan global untuk mempertahankan status quo.

Kategori :